KTI-SKRIPSI: 31. Hubungan Antara Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi

31. Hubungan Antara Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas tidak memadai merupakan salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari masalah pengangguran, kesehatan, pendidikan, kekurangan pangan, sampai dengan kerusakan lingkungan dan bencana alam akhir-akhir ini sering terdengar. Oleh karena itu, disamping upaya pembangunan di bidang ekonomi yang semakin ditingkatkan, pengendalian jumlah penduduk agar tidak bertambah terlalu cepat harus tetap menjadi perhatian (Nasrin, 2008).
Isu kependudukan merupakan isu yang mendesak, mengingat jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2005 yang mencapai 219 juta jiwa, mengharuskan
pemerintah untuk memberikan perhatian khusus pada masalah ini. Selain itu,
Indonesia menyandang peringkat 111 dari 117 negara pada Human development
Indeks (HDI) 2005 yang membuktikan bahwa peningkatan jumlah penduduk
tersebut tidak diikuti oleh peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu
cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengendalikan jumlah penduduk ini
melalui Program Keluarga Berencana (KB). (Dwijayanti, 2006)

Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun
2007, penduduk Indonesia berjumlah sekitar 224,9 juta jiwa, terbanyak keempat
di dunia. (Sirait, 2008). Dari segi pemakaian jumlah kontrasepsi, terdapat 35,2%
pengguna kontrasepsi suntikan, 28,1% pengguna kontrasepsi pil, 18,8% pengguna IUD, 14,2% pengguna implan, 5,5% sterilisasi, dan 1,0% pengguna kontrasepsi lain. (Bur, 2006).
BKKBN Nanggroe Aceh Darussalam bersama 6388 pos KB Gampong dan
422.286 peserta KB Aktif yang tersebar di seluruh Aceh terus memsosialisasikan
program KB. Pemakaian alat kontrasepsi ini masih didominasi kaum wanita
sebagai peserta KB aktif. Kaum wanita masih memilih alat kontrasepsi suntikan
dan pil sebagai pilihan utama. Wanita yang memakai Pil mencapai 191.499 atau
62% sedangkan yang menggunakan suntikan mencapai 191.461 atau 45,4%.
Sedangkan yang memakai IUD, MOP, MOW Implant masih di bawah 2%.
(Nasrin, 2008).
Di Kota Langsa jumlah pemakaian alat kontrasepsi masih rendah yaitu sebesar 52%, dibandingkan dengan kota / kabupaten lainnya di wilayah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang mencapai 75%.
Pada rencana pembangunan nasional ditegaskan bahwa selain pengendalian kelahiran dan penurunan kematian, diperlukan peningkatan kualitas program KB agar terwujud penduduk Indonesia yang berkualitas. Dengan demikian sangat tepat apabila dalam paradigma baru program KB difokuskan pada upaya-upaya baru yang lebih efektif untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Sebagai perwujudan pelaksanaan paradigma baru program KB nasional, maka visi mewujudkan NKKBS telah diganti dengan “Visi Keluarga Berkualitas tahun 2015”. (Depkes RI, 2005).
Salah satu langkah yang penting guna menunjang dan menyadarkan
penduduk tentang tujuan program Keluarga Berencana, yaitu melalui pendidikan. Sebab pada prinsipnya bahwa pendidikan selalu membawa penduduk ke arah perubahan pemikiran yang positif dalam menunjang pembangunan, yaitu peningkatan taraf hidup penduduk guna mencapai tujuan pembangunan nasional. (Soedharto, 2000).
Pengetahuan mengenai cara memilih alat kontrasepsi yang tepat
merupakan hal penting dalam upaya perlindungan terhadap kesehatan reproduksi
perempuan. Minimnya pengetahuan tersebut akan berdampak terhadap
peningkatan angka kematian ibu hamil dan bersalin, angka kehamilan yang tidak
diinginkan, dan angka kejadian penyakit menular seksual, serta angka kejadian
gangguan kesehatan akibat efek samping kontrasepsi. (BKKBN, 2006)
Dari data di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa terdapat 6545 jiwa
penduduk, dengan jumlah pasangan usia subur 605 orang yang tersebar dalam
lima lingkungan. Dari jumlah tersebut terdapat diantaranya 280 orang tidak
menggunakan alat kontrasepsi.
Studi pendahuluan yang penulis lakukan di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa menunjukkan bahwa sebagian besar pasang usia subur yang tidak menggunakan alat kontrasepsi disebabkan pengetahuan yang minim dan rendahnya tingkat pendidikan mereka.
Melihat data di atas maka faktor dasar yang mempengaruhi pemakaian
kontrasepsi adalah pengetahuan dan pendidikan ibu, dari uraian tersebut maka
penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara pengetahuan dan pendidikan ibu
terhadap pemakaian alat kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota
Langsa.

1.2 Pertanyaan Penelitian
Dari uraian latar belakang di atas, pertanyaan penelitian ini adalah
”Bagaimana hubungan antara pengetahuan dan pendidikan ibu terhadap
pemakaian alat kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun
2008”

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan pendidikan ibu
dengan pemakaian alat kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota
Langsa.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi.
b. Mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Profesi
Sebagai masukan dalam memberikan informasi tentang pelaksanaan program KB di masyarakat desa
1.4.2 Bagi Program D-IV Bidan Pendidik
Sebagai referensi dan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya
1.4.3 Bagi Masyarakat
Menjadi masukan dan bahan informasi bagi masyarakat tentang pentingnya masalah kontrasepsi
1.4.4 Bagi Peneliti
Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan masalah kesehatan

Link download KTI lengkap ini
31. Hubungan Antara Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi
BAB I
BAB II
BAB III-V

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...