KTI-SKRIPSI: 2012-06-17

24. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlibatan Suami Selama Masa Kehamilan Istri

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tingginya mortalitas dan morbilitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. WHO (World Health Organization) memperkirakan pada tahun 1996, lebih dari 585.000 ibu pertahun meninggal saat hamil atau bersalin. Di Asia Selatan 1 kematian dari 18 ibu yang meninggal akibat kehamilan atau persalinan. Di Afrika 1 kematian dari 14 ibu yang meninggal akibat kehamilan atau persalinan. Sedangkan di Amerika Utara hanya 1 kematian dari 6.3666 ibu yang meninggal akibat kehamilan atau persalinan selama hidupnya (Saifuddin, 2001).
Tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup merupakan yang tertinggi di ASEAN (Association of South East Asian Nation). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia. Sedangkan penyebab tidak langsung adalah anemia, kurang energi kronik (KEK) dan 4 terlalu (terlalu muda, tua, sering dan banyak) (Saifuddin, 2001).
Kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi seorang ibu. Karena itu, ibu hamil membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama suami, agar dapat menjalani proses kehamilan sampai melahirkan dengan nyaman dan aman (Musbikin, 2005).
Dukungan dan peran serta pria dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan, bahkan juga dapat memicu produksi ASI. Keberhasilan istri dalam mencukupi kebutuhan ASI sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan suami selama masa kehamilan (Triaseka,2007).
Selama ini kebanyakan anggota keluarga, baik orang tua, mertua, anak dan terutama suami sering kali berkeyakinan bahwa setiap wanita hamil bukanlah merupakan peristiwa yang istimewa. Para suami lebih sering memandang penderitaan istri selama menjalani kehamilan dan kelahirkan sebagai suatu yang wajar dan harus dialami perempuan hamil (Musbikin, 2005).

Pada umumnya masyarakat kita yang dikenal dengan kondisi yang berakar kuat pada agama Islam, sampai saat ini belum mengetahui sejauh mana peran para suami dalam mendukung dan menjaga kehamilan istrinya, sehingga masa kehamilan bukan hanya menjadi masalah bagi para ibu melainkan para suami juga mengambil peran penting dalam memberikan dukungan selama masa kehamilan berlangsung.
Berdasarkan gambaran di atas maka penulis mencoba melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan suami selama masa kehamilan istri di Rumah Bersalin Delima Medan.

1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan suami selama masa kehamilan istri.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan suami selama masa kehamilan istri ditinjau dari pengetahuan.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan suami selama masa kehamilan istri ditinjau dari adat istiadat.
c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan suami selama masa kehamilan istri ditinjau dari paritas.

1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Apakah pengetahuan dapat mempengaruhi keterlibatan suami selama masa kehamilan istri ?
2. Apakah adat istiadat dapat mempengaruhi keterlibatan suami selama masa kehamilan istri ?
3. Apakah paritas dapat mempengaruhi keterlibatan suami selama masa kehamilan istri ?

1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi/pendidikan dapat dijadikan bahan bacaan bagi yang memerlukan dan sebagai bahan masukan bagi pelaksanaan di bidang ilmah pada masa akan datang.
2. Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan sehingga dapat diambil langkah-langkah dalam upaya meningkatkan peran serta suami dalam menjaga kehamilan istri
3. Bagi peneliti adalah sebagi titik tolak untuk menerapkan proses berfikir ilmiah dalam pemahaman dan menganalisa suatu masalah serta untuk meningkatkan wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian.

Link download KTI lengkap ini
BAB I
BAB II
BAB III-VI

Baca Selengkapnya...

23. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Mahasiswa Semester V Terhadap Perilaku Mengajar Dosen

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) (Adrian,2004). Dalam kegiatan pendidikan di Perguruan Tinggi, pada dasarnya selalu terkait dua belah pihak yaitu dosen dan mahasiswa. Keterkaitan kedua belah pihak itu akan serasi jika jelas kedudukan masing-masing pihak secara professional, yaitu sebagai subjek yang memiliki hak dan kewajiban (Fahruddin, 2006)
Dalam proses belajar mengajar, dosen memiliki peran utama dalam menentukan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya, yaitu memberikan pengetahuan (cognitive), sikap dan nilai (affektif) dan keterampilan (psikomotor) kepada mahasiswa. Dengan kata lain tugas dan peran dosen yang utama terletak dibidang pengajaran. Pengajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu seorang dosen dituntut untuk dapat mengelola kelas, penggunaan metode mengajar maupun sikap dan karakteristik dosen dalam mengelola proses belajar mengajar yang efektif, mengembangkan bahan perkuliahan dengan baik, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk mengikuti mata kuliah dan menguasai tujuan pendidikan yang harus mereka capai (Djamarah, 2000).

Seorang dosen bukan saja bertugas untuk mentransferkan pengetahuan saja, akan tetapi harus dapat membentuk pribadi mahasiswa untuk dapat memiliki etika yang baik. Seorang dosen juga harus mampu membimbing mahasiswa untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain, dan mampu menyiapkan mahasiswa yang bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya dimasyarakat.
Jika kriteria dan persyaratan di atas belum terpenuhi, tentunya akan berpengaruh besar bagi mahasiswa. Mereka akan mengalami kejenuhan dalam proses belajar mengajar dan tidak dapat menguasai materi yang disampaikan oleh dosen dengan baik. Hal itu secara otomatis akan mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa (Fahruddin, 2006).
Dikalangan mahasiswa sering terdengar isu keluhan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar yaitu kepuasan mahasiswa terhadap perilaku mengajar dosen, misalnya; mahasiswa merasa metode mengajar yang digunakan tidak relevan, tidak menarik, dosen tidak professional, tidak disiplin, hubungan dosen dengan mahasiswa kurang harmonis, tidak adil dalam penilaian, kaku, otoriter, dan lain sebagainya.
Sama halnya dengan yang dialami oleh mahasiswa Akbid Helvetia Medan, dimana banyak mahasiswa yang mengeluh terhadap proses belajar mengajar khususnya pada Mata Kuliah Asuhan Kebidanan yaitu kepuasan mahasiswa terhadap perilaku mengajar dosen, misalnya; tidak adanya kesamaaan persepsi antar dosen sehingga membuat mahasiswa bingung untuk mengikuti perkuliahan tersebut khususnya pada praktek laboratorium, bertindak otoriter pada mahasiswa, tidak disiplin, metode mengajar yang digunakan tidak menarik dan tidak bervariasi.
Melihat kondisi tersebut di atas dan memperhatikan bahwa perilaku mengajar dosen berpengaruh kepada kualitas pembelajaran maka, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan mahasiswa terhadap perilaku mengajar dosen di Akbid Helvetia Medan Tahun 2008.

1.2 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka, penelitian ini akan diarahkan untuk menjawab pertanyaan yaitu:
1. Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap perilaku mengajar dosen di Akbid Helvetia Medan?
2. Berapa jauh tingkat kepuasan mahasiswa terhadap perilaku mengajar dosen di Akbid Helvetia Medan?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan mahasiswa terhadap perilaku mengajar dosen di Akbid Helvetia Medan?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan mahasiswa terhadap perilaku mengajar dosen di Akbid Helvetia Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap perilaku mengajar dosen di Akbid Helvetia Medan
2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kompetensi dosen di Akbid Helvetia Medan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan mahasiswa terhadap perilaku mengajar dosen di Akbid Helvetia Medan

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis penelitian ini berguna untuk memperkaya dan memperdalam kajian tentang tingkat kepuasan mahasiswa dalam proses pembelajaran di Akbid Helvetia Medan.
2. Manfaat praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai :
a. Informasi tentang kualitas dan perilaku mengajar dosen di Akbid Helvetia Medan.
b. Bahan masukan terhadap peningkatan kualitas Akbid Helvetia Medan

Link download KTI lengkap ini
BAB I
BAB II
BAB III

Baca Selengkapnya...

22. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Tidak Memberikan ASI Ekslusif Kepada Bayinya

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menyusui adalah suatu proses yang alamiah dan merupakan suatu seni yang harus dipelajari kembali, karena menyusui sebenarnya tidak saja memberikan kesempatan kepada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik saja tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang stabil, perkembangan spiritual yang baik serta perkembangan sosial yang lebih baik (Roesli,2000)
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan mencukupi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 4 - 6 bulan (Khairuniah , 2004)
Berdasarkan survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) periode 1997- 2003, hanya 14% ibu di Tanah Air yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayinya sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif kurang dari dua bulan (Media Indonesia, 2008, 1
http://www.mediaindonesia.com, tanggal 15 Oktober 2009)

Selama ini banyak ibu - ibu tidak menyusui bayinya karena merasa ASI-nya tidak cukup, encer, atau tidak keluar sama sekali. Padahal menurut penelitian WHO hanya ada satu dari seribu orang yang tidak bisa menyusui (Widjaja, 2004)
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan berpendapat, faktor sosial budaya ditandai menjadi faktor utama pada pemberian ASI eksklusif pada balita di Indonesia.
Ketidaktahuan masyarakat, gencarnya promosi susu formula, dan kurangnya fasilitas
tempat menyusui di tempat kerja dan publik menjadi kendala utama. Seharusnya
tidak ada alasan lagi bagi seorang ibu untuk tidak menyusui bayinya, faktor sosial
budaya berupa dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif menjadi faktor
kunci kesadaran sang ibu untuk memberikan gizi terbaik bagi bayinya. Dukungan
suami terhadap ibu untuk menyusui harus ditingkatkan. Keluarga dan masyarakat
juga harus memberikan arahan dan ruang bagi ibu menyusui, karena minimnya
dukungan keluarga dan suami membuat ibu sering kali tidak semangat memberikan
ASI kepada bayinya. Tidak sedikit bayi baru berumur dua bulan sudah diberi
makanan pendamping karena ketidaktahuan ibu terhadap manfaat ASI. Berdasarkan
riset yang sudah dibuktikan di seluruh dunia, ASI merupakan makanan terbaik bagi
bayi hingga enam bulan, dan disempurnakan hingga umur dua tahun (Media
Indonesia, 2008, ¶ 4, http: //mediaindonesia.com,tanggal 15 Oktober 2009)
Faktor pekerjaan juga mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI. Di tempat bekerja banyak kantor atau institusi kerja tidak mendukung program pemberian ASI.
Tidak ada upaya penyiapan ruangan khusus untuk tempat menyusui atau memompa ASI ibu bekerja, bahkan ada yang ditegur oleh atasan karena dianggap terlalu sering memompa ASI di tempat kerja (Widodo, 2006, ¶ 1, http://blogspot.com, tanggal 8 Agustus 2008)
Semakin banyak ibu tidak memberikan ASI pada bayinya semakin menurun angka pemberian ASI terutama ASI eksklusif. Seperti data status kesehatan masyarakat Kota Bandung tahun 2005, ibu yang menyusui bayinya dengan ASI sebanyak 57.974 (65,41%), dan yang diberikan ASI eksklusif dari 0-6 bulan tanpa makanan tambahan sebesar 39,37%. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif di kota Bandung masih rendah (Profil Dinkes Kota Bandung , 2005).
Berdasarkan dari laporan tahunan Puskesmas Sukawarna(2005), yang berada di Kota Bandung letaknya di Kecamatan Sukajadi, kasus gizi buruk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sukawarna menunjukan angka peningkatan yaitu dari tahun 2003/2004 sebanyak dua kasus menjadi sembilan kasus pada tahun 2005. Data pemberian ASI ekslusif dari bayi 391 hanya 170 orang (43,25%) diberi ASI secara ekslusif, selebihnya 221 (56,7%) tidak diberi ASI secara ekslusif. Sedangkan angka target cakupan ASI ekslusif yang harus dicapai adalah 80 %. Sehingga terdapat kesenjangan 36,75 % (Handayani, 2006)
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Hellen Keller International (2002) di Indonesia, kini rata-rata bayi Indonesia hanya mendapatkan ASI esklusif selama 1,7
bulan, padahal berdasarkan kajian WHO yang dituangkan dalam Kepmen No.450 tahun 2004 menganjurkan agar bayi diberikan ASI Esklusif selama enam bulan (Keller, 2002, ¶1 http://www.menkokesra.go.id, diperoleh tanggal 13 November 2009)
Dari hasil penelitian Arnila A.R (2008) di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur terdapat 74,4% ibu- ibu yang masih percaya dan menganggap benar mitosmitos tentang ASI terutama tentang kolustrum yang merupakan ASI kotor yang harus dibuang dan bayi yang diberikan ASI saja akan kekurangan gizi sehingga ibu - ibu memberikan makanan tambahan kepada bayinya.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu pada tanggal 6 November 2009 kepada 10 ibu yang mempunyai bayi di Dusun IX Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan, hanya terdapat satu orang yang memberikan ASI Ekslusif. Ibu tidak memberikan ASI ekslusif kepada bayinya. dengan alasan ibu bekerja, pengalaman ibu yang telah memberikan susu formula kepada anaknya yang terdahulu, dan anjuran orang tua serta merasa ASI nya tidak cukup untuk bayinya
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi ibu untuk tidak memberikan ASI ekslusif
kepada bayi di Dusun IX Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latar belakang di atas maka peneliti dapat merumuskan masalah faktor apa yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI ekslusif kepada bayinya di Dusun IX Desa Sei Rotan Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melihat faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI ekslusif di Dusun IX Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang tidak memberikan ASI ekslusif di Dusun IX Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
b. Untuk mengidentifikasi pengetahuan, mitos-mitos, sosial budaya, lingkungan, pengalaman ibu tentang menyusui, dukungan keluarga terhadap pemberian ASI, dan pandangan ibu terhadap payudaranya mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI Ekslusif

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Tenaga Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI ekslusif di Dusun IX Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang sehingga tenaga kesehatan dapat membuat perencanaan dalam mengatasi faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI Ekslusif dan pemberian ASI Ekslusif dapat lebih ditingkatkan
2. Masyarakat
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi dan perubahan cara penerapan pemberian ASI yang selama ini masih kurang tepat di masyarakat sehingga masyarakat dengan adanya penelitian ini dapat memberikan dukungan bagi ibu-ibu yang menyusui agar tetap memberikan ASI kepada bayinya
3. Peneliti Selanjutnya
Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI Ekslusif sehingga peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berkaitan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI Ekslusif dapat melihat apakah faktor pengetahuan, mitos-mitos, sosial budaya, lingkungan, pengalaman ibu tentang menyusui, dukungan keluarga terhadap pemberian ASI, dan pandangan ibu terhadap payudaranya masih besar pengaruhnya sehingga pemberian ASI Ekslusif tidak dapat dilaksanakan
4. Pendidikan kebidanan
Penelitian ini Diharapkan dapat menjadi informasi yang penting bagi mahasiswa untuk mengetahui faktor-faktor apa-apa saja yang masih mempengaruhi para ibu tidak memberikan ASI Ekslusif sehingga demikian mahasiswa sejak dini dapat memikirkan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor tersebut dan dapat diaplikasikan langsung ke lapangan praktek atau kerja.

Link download KTI lengkap ini
BAB I
BAB II
BAB III-VI

Baca Selengkapnya...

21. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Terhadap Status Imunisasi Dasar pada Bayi Usia 12-24 Bulan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem kesehatan nasional merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Penurunan insiden penyakit menular telah terjadi berpuluh-puluh tahun yang lampau di negara-negara maju yang telah melakukan imunisasi dengan teratur. Demikian juga di Indonesia dinyatakan bebas penyakit cacar tahun 1972 dan penurunan insiden beberapa penyakit menular secara mencolok terjadi sejak tahun 1985, terutama untuk penyakit difteri, tetanus, pertusis, campak, dan polio. Bahkan kini penyakit polio tidak ditemukan lagi sejak tahun 1995 dan diharapkan beberapa tahun yang akan datang Indonesia akan dinyatakan bebas polio (Ranuh, et.al. 2008, hlm.1).
Menurunnya AKB (angka kematian bayi) dalam beberapa waktu terakhir
memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan
masyarakat. Penurunan AKB tersebut antara lain disebabkan oleh peningkatan cakupan
imunisasi bayi, peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, penempatan
bidan di desa dan meningkatkan proporsi ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi
(Depkes, 2004).

Ibrahim (1991, dalam Reza,2006, hlm.4) mengatakan bila imunisasi dasar dilaksanakan dengan lengkap dan teratur, maka imunisasi dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian balita sekitar 80-95%. Teratur berarti mentaati jadwal dan frekuensi imunisasi sedangkan imunisasi dasar lengkap adalah telah mendapat semua jenis imunisasi dasar pada waktu anak berusia kurang dari 11 bulan. Imunisasi dasar yang tidak lengkap, maksimum hanya dapat memberikan perlindungan 25-40%. Sedangkan anak yang sama sekali tidak diimunisasi tentu tingkat kekebalannya lebih rendah lagi. Profil epidemiologis di Indonesia sebagai gambaran tingkat kesehatan di masyarakat masih memerlukan perhatian khusus. Dengan cakupan imunisasi : BCG 85%, DPT 64%, Polio 74%, HB1 91%, HB2 84, 4%, HB3 83,0% (Ranuh, 2008, hlm.3). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2009 menunjukkan bahwa cakupan kumulatif imunisasi dari 18 puskesmas dengan sasaran 6.782, cakupan BCG 5.663 (83,50%), DPT1+HB1 : 6.062 (89,38%), DPT2+HB2 : 5.646 (83,25%), Polio 3 : 5.665 (83,53%), Hepatitis B3 : 3.634 (53,58%), dan Campak : 5.414 (79,83%) (Dinkes Taput, 2009).
Dari hasil data survei awal cakupan kumulatif imunisasi di Kecamatan Sipahutar
Januari - Agustus 2010 dari 23 desa yang ada, jumlah sasaran 529, cakupan BCG : 309
(58,4%), Hepatitis B (0-7 hari) : 175 (33,1%), DPT+HB 1 : 333 (62,9%), DPT+HB 2 :
316 (59,7%), DPT+HB 3 : 275 (52%), Polio 1 : 381 (72,0%), Polio 2 : 355 (67,1%),
Polio 3 : 294 (55,6%), Polio 4 : 268 (50,7%), dan Campak : 259 (49%) (Subdin P2P &
PL Dinkes Taput, 2010).
Sedangkan Desa Siabal-abal II Januari-Agustus 2010 tercatat bahwa dari 40 sasaran, cakupan imunisasi masih rendah yaitu cakupan BCG 13 (32,5%), Hepatitis B (0-7 hari) : 5 (12,5%), DPT+HB 1 : 18 (45%), DPT+HB 2 : 11 (27,5%), DPT+HB 3 : 13 (32,5%), Polio 1 : 20 (50%), Polio 2 : 18 (45%), Polio 3 : 10 (25%), Polio 4 : 9 (22,5%), dan Campak : 14 (35%) (Subdin P2P & PL Dinkes Taput, 2010).
Wardhana (2001, dalam Lienda, 2009, hlm.12) mengatakan peran ibu pada program imunisasi ibu sangatlah penting karena penggunaan sarana kesehatan oleh anak
berkaitan erat dengan faktor ibu. Rendahnya cakupan imunisasi disebabkan beberapa
faktor. Ibu yang berusia ≥ 30 tahun cenderung untuk tidak melakukan imunisasi lengkap dibanding ibu yang berusia < 30 tahun, pendidikan tinggi berkaitan erat dengan pemberian imunisasi anak.
Streatfield (1986, dalam Reza, 2006, hlm.26) ibu yang bekerja sebagai bertani atau buruh status imunisasi anaknya lebih rendah dibandingkan dengan anak yang ibunya sebagai pegawai negeri atau pemilik toko.
Semakin banyak jumlah anak terutama ibu yang masih mempunyai bayi yang merupakan anak ketiga atau lebih akan membutuhkan banyak waktu untuk mengurus anak-anaknya tersebut sehingga semakin sedikit ketersediaan waktu bagi ibu untuk mendatangi tempat pelayanan imunisasi (Reza, 2006).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian yang berjudul ’’Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Terhadap Status Imunisasi Dasar pada Bayi Usia 12-24 Bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011” sangat penting untuk diteliti.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka penulis merumuskan masalah apakah ada hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap status imunisasi dasar pada bayi usia 12-24 bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap status imunisasi dasar pada bayi usia 12-24 bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan faktor usia ibu terhadap status imunisasi bayi.
b. Mengetahui hubungan faktor pendidikan ibu terhadap status imunisasi bayi.
c. Mengetahui hubungan faktor pekerjaan ibu terhadap status imunisasi bayi.
d. Mengetahui hubungan faktor jumlah anak ibu terhadap status imunisasi bayi.
e. Mengetahui hubungan faktor pengetahuan ibu terhadap status imunisasi bayi.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan kepustakaan di D-IV Bidan Pendidik USU dan dapat dijadikan sebagai bahan penelitian selanjutnya.
2. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat, juga berguna sebagai masukan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap imunisasi kepada masyarakat nantinya.
3. Responden
Sebagai bahan wawasan dan pengetahuan tentang pentingnya imunisasi dasar pada bayi.

Link download KTI lengkap ini
BAB I
BAB II
BAB III-VI

Baca Selengkapnya...

20. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Dalam Kunjungan K4

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dalam kenyataannya, dari beberapa survei dan data statisik pelayanan kesehatan ibu hamil menunjukkan bahwa cakupan kunjungan ibu hamil di Indonesia masih rendah termasuk cakupan K4 (Istiarti, 2000). Departemen kesehatan RI pada tahun 2004 melaporkan bahwa wanita hamil yang mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan selama kurun kehamilan adalah sebagai berikut: yang berkunjung sekali sebanyak 49% dan yang berkunjung empat kali hanya 34%. Rendahnya cakupan kunjungan ibu hamil ke fasilitas kesehatan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti pengetahuan, sikap, jarak puskesmas, keterpaparan media, dukungan suami, dan dukungan petugas kesehatan (Salmah, 2006).
Kunjungan ibu hamil di Kota Medan berdasarkan data Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2005 menunjukkan bahwa dari jumlah 53.031 ibu hamil, Kunjungan K4 tercatat sebanyak 47.678 ibu hamil (89,91%) (Dinkes Kota Medan, 2006).
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai periode bulan Januari - Agustus 2007 kunjungan K4 ibu hamil ke fasilitas kesehatan yaitu 52,3% (8.572 dari 16.391 orang), sedangkan berdasarkan data di Puskesmas Naga Kasiangan Kecamatan Tebingtinggi untuk periode yang sama Kunjungan K4 ibu hamil sebesar 43,8% (185 dari 424 orang) (Puskesmas Naga Kasiangan, 2007).

Dari data-data yang disajikan di atas, terlihat bahwa kunjungan K4 di Puskesmas Naga Kasiangan Kecamatan Tebingtinggi masih jauh dari target cakupan kunjungan K4 secara nasional yaitu sebesar 95%.
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat (atau lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan (Depkes RI, 2005).
Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan bayi perlu dilakukan minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan (Salmah, 2006)
Melakukan kunjungan saat hamil secara teratur minimal kunjungan K4 akan menyehatkan ibu dan bayi yang dikandungnya. Dalam pemeriksaan kehamilan tersebut jika ada tanda, keluhan, atau gangguan kehamilan baik pada ibu maupun janin dapat segera diketahui dan dilakukan tindak lanjut.
Pemeriksaan kehamilan dilakukan sesuai dengan standard pelayanan antenatal yang meliputi 7T yaitu timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan, test PMS, dan tanya jawab (Nadesul, 2005).
Kunjungan kehamilan hingga K-4 akan menurunkan risiko terjadinya anemia (Hb kurang dari 8 gr%), tekanan darah tinggi (Sistole >140 mmHg, diastole >90 mmHg), oedema yang nyata, eklampsia, perdarahan per vaginam, ketuban pecah dini, letak lintang / sungsang, infeksi, persalinan prematur, janin yang besar, dan riwayat obstetri yang buruk. Bila faktor risiko tersebut tidak ditangani maka dapat menyebabkan kematian, baik pada ibu maupun pada bayi. Peningkatan kualitas kesehatan ibu hamil, dapat dilakukan dengan melakukan perubahan perilaku ibu selama hamil (Depkes
RI, 2005).
Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku ibu hamil dalam melakukan kunjungan K-4 meliputi tiga faktor yaitu: faktor yang mempermudah (predisposing factor), yang mencakup pengetahuan, sikap; faktor yang mendukung (enabling factor) yaitu jarak dengan fasilitas kesehatan, keterpaparan media; dan faktor pendorong (reinforcing factors) yaitu dukungan petugas kesehatan, keluarga dan masyarakat. (Notoatmodjo, 2003)
Dari studi pendahuluan yang penulis lakukan pada awal bulan September 2007 mendapati bahwa beberapa ibu hamil pada trimester III melakukan pemeriksaan ke dukun bayi. Melihat kenyataan tersebut, penulis berminat untuk melakukan penelitian dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam kunjungan K4 di wilayah kerja Puskesmas Naga Kasiangan Kecamatan Tebingtinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008.

1.2. Pertanyaan Penelitian
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ibu hamil dalam kunjungan K-4 di wilayah kerja Puskesmas Naga Kasiangan Kecamatan Tebingtinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008?

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam kunjungan K-4 di wilayah kerja Puskesmas Naga Kasiangan Kecamatan Tebingtinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor yang mempermudah (predisposing factor) kunjungan K-4 di wilayah kerja Puskesmas Naga Kasiangan Kecamatan Tebingtinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung (enabling factor) kunjungan K-4 di wilayah kerja Puskesmas Naga Kasiangan Kecamatan Tebingtinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008.
3. Untuk mengetahui faktor pendorong (reinforcing factor) kunjungan K-4 di wilayah kerja Puskesmas Naga Kasiangan Kecamatan Tebingtinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008.

1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa kalangan yaitu :
1. Bagi masyarakat, sebagai masukan khususnya pada ibu hamil trimester III agar melakukan kunjungan pada pelayanan kesehatan.
2. Bagi puskesmas, dengan adanya penelitian ini dapat dipergunakan sebagai masukan untuk meningkatkan cakupan kunjungan K4 di wilayah kerjanya.
3. Bagi institusi pendidikan, sebagai bahan bacaan dan referensi di Perpustakaan D-IV Program Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya.
4. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.

Link download KTI lengkap ini
BAB I
BAB II
BAB III

Baca Selengkapnya...

19. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bidan Praktek Swasta dalam Pengaplikasian 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Persalinan merupakan proses alamiah yang harus dilewati oleh setiap wanita hamil. Di sini peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi adanya komplikasi disamping memberikan bantuan dan dukungan kepada ibu bersalin, tidak sedikit ibu bersalin dan bayi mengalami trauma karena penanganan yang kurang baik Saifuddin, 2009, hal.100). Angka kematian maternal di negara-negara maju berkisar antara 5-10 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan di negara-negara sedang berkembang berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup. Faktor penyebab kematian maternal tersebut adalah (a) faktor reproduksi(b)pelayanan kesehatan dan(c)sosial ekonomi (Wiknjosastro, 2005, hal. 23).Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia merupakan tertinggi di ASEAN yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup, penurunan AKI adalah program prioritas Indonesia. Oleh karena itu pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat dengan masyarakat yang difokuskan pada tiga pesan kunci Making Pregnancy Safer (MPS), yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran merupakan salah satu upaya dalam penurunan angka kematian tersebut (Depkes, 2002, hal. 2). Pada tahun 2000, badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) mulai memperkenalkan Asuhan Persalinan Normal (APN) melalui organisasi Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). APN diperkenalkan pada tahun 2002-2003 di Sumatera Utara, di mana fokus utama APN adalah mencegah terjadinya komplikasi yang merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi, sehingga akan mengurangi luka pada jalan lahir yang sangat signifikan yaitu 80% dari 1000 persalinan. Pertolongan persalinan secara APN adalah dengan menerapkan asuhan persalinan yang bersih, aman, tepat waktu dan alamiah serta melakukan bounding attachment (Depkes, 2006, hal. 3). Standar pelayanan/asuhan kebidanan di atas merupakan pedoman bagi bidan di Indonesia dalam melaksanakan tugas, peran dan fungsinya sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang diberikan. Standar ini dilaksanakan oleh bidan di setiap tingkat pelayanan kesehatan baik di rumah sakit, puskesmas maupun tatanan pelayanan kesehatan lain di masyarakat. Standar APN merupakan bagian dari standar pelayanan/asuhan kebidanan (Yanti, & Nurul, 2010, hal. 118). Namun pelaksanaan APN ini belum diterapkan oleh bidan secara menyeluruh. Dalam penelitian Maria Wattimena (2008, hal. 5) memperoleh hasil prasurvei data pada Januari 2007 melalui pengamatan dengan menggunakan checklist terhadap 12 orang bidan sebagai tenaga pelaksana pelayanan di RSUD Kabupaten Sorong baru 2 orang bidan (16,6%) yang melaksanakan pelayanan persalinan dengan penerapan standar asuhan persalinan normal walaupun belum secara maksimal, sedangkan sebanyak 10 orang (83,3%) belum melaksanakan pelayanan persalinan sesuai dengan standar APN. Sedangkan dalam penelitian Nuriana di Kabupaten Langkat (2008, hal. 43), menjelaskan bahwa bidan yang berpendidikan D-III Kebidanan, hanya 40% bidan praktek swasta yang sudah melaksanakan APN dengan baik. Dan dijelaskan lagi bahwa hanya sebagian besar bidan yang berpengetahuan baik yang menerapkan APN dengan baik sedangkan pengalaman kerja tidak menunjukkan pengetahuan baik apalagi dalam penerapan APN dengan baik dan tepat. Diduga hal ini disebabkan karena banyaknya langka-langkah (58 langkah) yang harus dilakukan selain itu juga berkaitan dengan peralatan APN yang tergolong mahal. Dari hasil observasi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dari 30 bidan praktek swasta lulusan D-III Kebidanan dan yang sudah pernah ikut pelatihan APN di Kecamatan Percut Sei Tuan menunjukkan bahwa hanya 6 bidan yang melaksanakan pertolongan persalinan sesuai dengan standar APN yaitu dengan melakukan pendekatan asuhan yang tepat sesuai 58 langkah standar APN dan 4 bidan belum pernah ikut pelatihan APN dan berpendidikan D-I Kebidanan (Data primer pada Februari-Mei 2011). Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Bidan Praktek Swasta (BPS) dalam pengaplikasian 58 langkah Asuhan Persalinan Normal (APN) sangat penting untuk diteliti.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan permasalahan penelitian ini adalah : “Faktor-faktor Apa Sajakah yang Mempengaruhi Bidan Praktek Swasta (BPS) dalam Pengaplikasian 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Bidan Praktek Swasta (BPS)dalam pengaplikasian 58 langkah Asuhan Persalinan Normal (APN).
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui faktor pengetahuan bidan mempengaruhi 58 langkah Asuhan Persalinan Normal.
b. Mengetahui faktor sikap bidan mempengaruhi Persalinan Normal.
c. Mengetahui faktor motivasi bidan mempengaruhi Persalinan Normal.
D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan KebidananDiharapkan kepada para bidan dengan adanya penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam menerapkan standar APN kepada ibu-ibu bersalin sehingga tingkat morbiditas dan mortalitas maternal menurun.
2. Perkembangan Ilmu Kebidanan Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melengkapi penelitian ini karena ilmu tentang kesehatan terus menerus berkembang. Sehingga tercapai ilmu pengetahuan khususnya tentang asuhan kebidanan yang up to date.

Link download KTI lengkap ini
BAB I
BAB II
BAB III-VI

Baca Selengkapnya...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...