BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rencana Strategi Nasional Making Prenancy Safe (MPS) Indonesia disebutkan dalam rencana kontek pembangunan kesehatan Indonesia adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman, serta bayi dilahirkan hidup dan sehat. Misi MPS adalah menurunkan Tingkat kesakitan dan kematian maternal juga neonatal
melalui kegiatan yang mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Saifuddin,
2002, hal. 1).
Pemeriksaan rutin pra-kelahiran sangat penting agar yang dialami ibu hamil dapat ditemukan masalah sedini mungkin dan dapat ditanggulangi, sebelum berkembang menjadi membahayakan ibu maupun bayinya. Sebaiknya ibu hamil menjalani pemeriksaan kesehatan paling sedikit empat kali selama hamil yaitu satu kali pada Trimester I usia kehamilan 0-14 minggu, satu kali pada Trimester II usia kehamilan sebelum 28 minggu dan dua kali pada Trimester III usia kehamilan 28-36 minggu dan setelah 36 minggu (Burns, 2005, hal. 101).
Data resmi SDKI Tahun 2008 mencatat, Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 228
per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi baru lahir 20 per 1000 kelahiran
hidup. Sementara itu Laporan Bank Pembangunan Asia tahun 2009 mencatat angka 405
atau rata-rata 2,3 perempuan meninggal setiap satu jam (bukan perhari) karena
melahirkan (Profil Indonesia, 2009).
Penyebab kematian maternal merupakan suatu hal yang cukup kompleks yang terdapat pada faktor-faktor reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosial ekonomi. Tujuan dari Antenatal Care adalah menyiapkan ibu sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas sehingga keadaan mereka Postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental (Wiknjosastro, 2002, hal. 23).
Dukungan keluarga merupakan andil yang sangat besar dalam menentukan status kesehatan ibu. Dukungan yang diberikan suami selama istri hamil dapat mengurangi beban atau gangguan psikologis dalam proses kehamilannya. Dengan dukungan suami gangguan psikologis yang muncul dalam proses kehamilan calon ibu dapat dihindarkan atau tidak menjadi berkembang lebih parah (Kusmiyati, 2008 ¶ 3).
Hasil survei bidan Sri Wahyuni pada tahun 2010 membuktikan kunjungan ibu hamil di klinik Bersalin Sri Wahyuni tahun 2010 sebanyak 760 ibu , sedangkan jumlah kunjunganya ibu trimester III sebanyak 228 ibu. Beberapa faktor yang berhubungan dengan dukungan keluarga yang positif merupakan salah satu hal yang mempengaruhi ibu melakukan kunjungan kehamilan. Peran keluarga sangat penting dalam rangka mencapai target kepatuhan ibu terhadap pemeriksaan kehamilan.
Adapun rendahnya pencapaian target kepatuhan dalam pemeriksaan kehamilan
disebabkan karena ibu hamil merasa tidak butuh pelayanan antenatal, faktor
pengambilan keputusan dalam keluarga sehubungan dengan kondisi ibu hamil. Ibu
merasa kehamilan bukan merupakan suatu resiko. Berdasarkan latar belakang diatas,
peneliti tertarik mengambil judul “Hubungan antara Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Ibu dalam Pemeriksaan Kehamilan Trimester III di Klinik Bersalin Sri Wahyuni Tahun 2011”.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini, adalah “Bagaimanakah hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu dalam pemeriksaan kehamilan trimester III di Klinik Bersalin Sri Wahyouni Tahun 2011” ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu dalam pemeriksaan kehamilan trimester III di Klinik Bersalin Sri Wahyuni Tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
Adapun beberapa tujuan khusus dalam penelitian ini, diantaranya :
1. Untuk mengetahui dukungan keluarga dalam pemeriksaan kehamilan trimester
III di Klinik Bersalin Sri Wahyuni Tahun 2011.
2. Untuk mengetahui kepatuhan ibu dalam pemeriksaan kehamilan trimester III di
Klinik Bersalin Sri Wahyuni Tahun 2011.
3. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu
dalam pemeriksaan kehamilan trimester III di Klinik Bersalin Sri Wahyuni
Tahun 2011.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perkembangan Ilmu Khususnya Asuhan Kebidanan
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan, pengalaman bagi pelayanan kebidanan dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh sehingga dapat mempraktekkan langsung di lapangan dan keberhasilan antenatal care dapat tercapai sesuai target pemerintah.
2. Bagi Masyarakat Khususnya Ibu Hamil
Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang pemeriksaan kehamilan pada ibu trimester III dengan cara penyuluhan ibu dan keluarga sehingga ibu mengetahui betapa pentingnya Antental care.
3. Bagi pelayanan Kebidanan
Hasil penelitian ini dapat digunakan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pelayanan kebidanan agar lebih meningkatkan kunjungan antental care dengan memberikan informasi mengenai manfaat pemeriksaan kehamilan bagi ibu hamil khususnya ibu hamil trimester III.
Link download KTI lengkap ini
30. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Dalam Pemeriksaan Kehamilan Trimester III
BAB I
BAB II
BAB III-VI
Free Download KTI - Karya Tulis Ilmiah - Skripsi - Thesis - Desertasi - Artikel Update Setiap Hari. Analysis With SPSS PDF, Health Article, Education Article
30. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Dalam Pemeriksaan Kehamilan Trimester III
29. Faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan APN oleh Bidan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan negara - negara ASEAN lainnya. Berbagai faktor yang terkait dengan resiko terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi (Depkes RI, 2001).
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2006 (2008, dalam Depkes RI), AKI
Indonesia adalah 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, sedangkan AKB di
Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian maternal yang
paling umum di Indonesia adalah perdarahan 28%, eklamsi 24%, dan infeksi 11%.
Penyebab kematian bayi yaitu BBLR 38,94%, asfiksia lahir 27,97%. Hal ini
menunjukkan bahwa 66,91% kematian perinatal dipengaruhi oleh kondisi ibu saat melahirkan.
Jumlah kematian ibu di Tapanuli Utara sebanyak 7 orang dan jumlah kematian
bayi sebanyak 59 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara, Januari -
November 2008), sedangkan di Puskesmas Hutabaginda Kabupaten Tapanuli Utara
jumlah kematian bayi sebanyak 8 orang (SP2TP Puskesmas Hutabaginda,
Januari - Agustus 2008).
Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam mempercepat
penurunan AKI adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang
membutuhkannya. Penempatan bidan di desa adalah upaya untuk menurunkan AKI, bayi
dan anak balita. Masih tingginya AKB dan AKI menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan masih belum memadai dan belum menjangkau masyarakat banyak, khususnya dipedesaan. Namun bidan di desa yang sudah ditempatkan belum didayagunakan secara optimal dalam upaya menurunkan AKI dan AKB (Palutturi, 2007).
Asuhan persalinan normal dengan paradigma baru (aktif) yaitu dari sikap
menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin
terjadi, terbukti dapat memberi manfaat membantu upaya penurunan AKI dan AKB.
Sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar. Tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas,
maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat
tersebut (JNPK, 2007).
Tujuan dari asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup
dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai
upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Hal ini berarti bahwa upaya asuhan persalinan normal harus didukung oleh adanya alasan yang kuat dan berbagai bukti ilmiah yang dapat menunjukkan adanya manfaat apabila diaplikasikan pada setiap proses persalinan (JNPK, 2007). Kajian kinerja petugas pelaksana pertolongan persalinan (bidan) di jenjang pelayanan dasar, mengindikasikan adanya kesenjangan kinerja yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi ibu hamil dan bersalin. Hal ini terbukti dari masih tingginya angka kematian ibu dan bayi.
Banyak hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu tujuan yang sudah dirancang sedemikian rupa, dan yang paling sering disebut adalah faktor sumber daya manusia (tenaga kerja), serta faktor sarana dan prasarana pendukung atau fasilitas kerja.
Dari kedua faktor tersebut sumber daya manusia atau tenaga kerja lebih penting daripada sarana dan prasarana pendukung karena, secanggih dan selengkap apa pun fasilitas pendukung yang dimiliki suatu organisasi kerja, tanpa sumber daya yang memadai, baik kuantitas (jumlah) maupun kualitas (kemampuannya), maka niscaya organisasi tersebut dapat berhasil mewujudkan tujuan organisasinya (Munandar,2004)
Dalam penelitian Palutturi (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
meliputi faktor individu : keterampilan, faktor organisasi yang terdiri dari
kepemimpinan dan struktur imbalan/kompensasi serta faktor-faktor psikologis yang meliputi motivasi dan kepuasan kerja. Untuk kinerja bidan maka faktor yang paling berpengaruh dan merupakan faktor kunci untuk mencapai hasil kerja yang baik harus memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik, adanya motivasi yang kuat merupakan pendorong yang memadai.
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui faktor yang berhubungan
dengan pelaksanaan asuhan persalinan normal di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda,
Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara. Lokasi penelitian ini didasari
pertimbangan, yaitu karena Puskesmas Hutabaginda merupakan puskesmas kota yang
wilayah kerjanya merupakan ibukota Kabupaten Tapanuli Utara dengan jumlah desa
sebanyak 31 desa dan jumlah bidan sebanyak 71 orang, serta dengan pertimbangan
belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan
asuhan persalinan normal.
B. Rumusan masalah
Faktor apakah yang berhubungan dengan pelaksanaan APN oleh bidan di
wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli
Utara?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan APN di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2008.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pelaksanaan APN di Puskesmas Hutabaginda.
b. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan bidan dengan pelaksanaan APN
c. Untuk mengetahui hubungan pendidikan bidan dengan pelaksananan APN
d. Untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan pelaksananan APN
e. Untuk mengetahui hubungan pelatihan APN yang didapat dengan
pelaksanaan APN
f. Untuk mengetahui hubungan motivasi dengan pelaksanaan APN
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Bidan
Sebagai masukan untuk menambah pengetahuan dan motivasi dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal, di wilayah masing masing.
2. Instansi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan jurusan, dan bahan perbandingan untuk penelitian lanjutan.
3. Penulis
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya metodologi penelitian dan pelaksanaan asuhan persalinan normal serta untuk bisa menempatkan diri di lapangan sebagai bidan pelaksana pelayanan kebidanan.
Link download KTI lengkap ini
29. Faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan APN oleh Bidan
BAB I
BAB II
BAB III
28. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Rupture Perineum Pada Ibu Bersalin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Kematian yang terjadi pada wanita subur di negara berkembang sekitar 25-50%. Angka kematian ibu merupakan tolak ukur untuk menilai keadaan pelayanan obstetri di suatu negara. Bila Angka Kematian Ibu masih tinggi berarti sistem pelayanan obstetri masih buruk (Saifuddin, 2001).
Menurut WHO (World Health Organization) pada 2006 melaporkan bahwa
hampir 600.000 ibu hamil dan bersalin meninggal setiap tahun di seluruh dunia.
Peristiwa ini sebagian besar terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Di
negara maju, angka kematian ibu per tahun hanya 27 per 1000.000 kelahiran hidup,
sedangkan di negara berkembang, angka kematian ibu rata-rata dapat mencapai 18
kali lebih tinggi, yaitu 480 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini disebabkan karena
di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, hampir 80% persalinan masih ditangani oleh dukun (Nasution, 2006).
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan dan Rumah Tangga (SKRT) pada 2006,
angka kematian ibu di Indonesia mencapai 262 per 100.000 kelahiran hidup.
Masalah yang ditemukan adalah masih rendahnya kesehatan perempuan yang
disebabkan oleh tingginya angka kematian ibu pada saat hamil, melahirkan dan nifas, serta kualitas hidup perempuan yang masih rendah baik dari segi kesehatan maupun kemampuan ekonominya (Sutikno, 2006).
Perdarahan postpartum merupakan perdarahan yang terjadi dalam 24 jam
setelah persalinan berlangsung. Perdarahan tersebut disebabkan oleh atonia uteri,
retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir (Manuaba, 1998). Salah satu
penyebab perdarahan tersebut adalah robekan perineum atau laserasi jalan lahir sebesar 4-5%, dan ini merupakan penyebab yang banyak terjadi pada saat persalinan (Mochtar, 1998).
Hasil penelitian Dina (2007) di Rumah Sakit Haji Medan terhadap data
pasien yang dikumpulkan melalui catatan rekam medik tahun 2004-2006
menunjukkan bahwa kejadian rupture perineum sebanyak 141 orang. Dari 141 ibu
yang mengalami rupture perineum, berdasarkan paritas paling banyak pada
primipara sebanyak 88 orang (62,64%), berdasarkan jarak kelahiran paling banyak
pada jarak kelahiran 2-3 tahun yaitu 27 orang ( 50,95%) dan berat badan bayi
paling banyak pada berat badan > 3500 gram yaitu 66 orang (46,81%).
Penelitian Irmayasari (2006) di Klinik Bersalin Nursyawaliyah menunjukkan
bahwa dari 30 ibu yang mengalami rupture perineum berdasarkan paritas yang
paling banyak adalah primipara yaitu 48 orang (60%), berdasarkan jarak kelahiran
paling banyak > 3 tahun dan berdasarkan berat badan bayi paling banyak adalah
3000-4000 gram.
Di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2006 seperti yang dilaporkan Asrol Byrin dkk terdapat 270 robekan jalan lahir dari 385 persalinan (Chalik, 2006).
Robekan jalan lahir merupakan yang paling banyak terjadi terhadap perdarahan pasca persalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina (Saifuddin, 2001).
RSU Dr. Pirngadi adalah salah satu rumah sakit rujukan yang terdapat di
kota Medan yang menerima persalinan dan memiliki alat penanganan rupture medik
lengkap. Hal yang mendasari pemilihan RSU Dr. Pirngadi Medan sebagai tempat
penelitian adalah masih banyak masalah yang ditemukan pada wanita hamil dan
bersalin termasuk ditemukannya kasus rupture perineum pada ibu bersalin, dan
peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya rupture
perineum pada ibu bersalin.
Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya rupture perineum pada ibu bersalin di RSU Dr.Pirngadi Medan Januari-Desember 2007.
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya rupture perineum pada ibu bersalin di RSU Dr.Pirngadi Medan periode Januari-Desember 2007.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya rupture
perineum pada ibu bersalin di RSU Dr.Pirngadi Medan periode Januari-
Desember 2007 berdasarkan paritas
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya rupture
perineum pada ibu bersalin di RSU Dr.Pirngadi Medan periode Januari-
Desember 2007 berdasarkan jarak kelahiran.
c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya rupture
perineum pada ibu bersalin di RSU Dr.Pirngadi Medan periode Januari-
Desember 2007 berdasarkan berat badan bayi.
d. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya rupture
perineum pada ibu bersalin di RSU Dr.Pirngadi Medan periode Januari-
Desember 2007 berdasarkan riwayat persalinan.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan diatas, maka pertanyaan penelitian adalah faktor-faktor apa yang berhubungan dengan terjadinya rupture perineum pada ibu bersalin ?
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Praktek Pelayanan Kebidanan
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi masukan bagi
praktek pelayanan kebidanan untuk menurunkan angka kejadian rupture
perineum.
b. Bagi Pendidikan Kebidanan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan sebagai aplikasi ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini menjadi pengalaman bagi peneliti terutama dalam meneliti
faktor-faktor yang berhubungan dengan rupture perineum dan bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan acuan.
Link download KTI lengkap ini
28. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Rupture Perineum Pada Ibu Bersalin
BAB I
BAB II
BAB III
27. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Kolostrum pada Bayi Baru Lahir
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Data Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization WHO)menunjukkan ada 170 juta anak mengalami gizi kurang di seluruh dunia. Sebanyak 3 juta anak di antaranya meninggal tiap tahun akibat kurang gizi. Angka kematian bayi
yang cukup tinggi di dunia sebenarnya dapat dihindari dengan pemberian Air Susu Ibu
(ASI). Meski penyebab langsung kematian bayi umumnya penyakit infeksi, seperti
infeksi saluran pernapasan akut, diare, dan campak, tetapi penyebab yang mendasari
pada 54 % kematian bayi adalah gizi kurang. Di Indonesia, angka kematian bayi saat ini 35 per 1.000 kelahiran hidup. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat tidak
kurang dari 10 bayi dan 20 anak balita meninggal dunia setiap jam di Indonesia
(Admin2, 2009, pekan ASI sedunia 2009, ¶ 1, http://www.opensubscriber.com,
diperoleh tanggal 09 Oktober 2009).
ASI dalam istilah kesehatan adalah dimulai dari proses laktasi. Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapat kekebalan tubuh secara alami. ASI diproduksikan oleh organ tubuh wanita yang bernama payudara. (Kristiyansari, W. 2009, hlm.1).
Pemberian ASI secara penuh sangat dianjurkan oleh para ahli gizi diseluruh
dunia. Tidak satupun susu formula dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi, seperti yang diperoleh dari kolostrum, yaitu ASI yang dihasilkan selama beberapa hari pertama setelah kelahiran. Kolostrum sangat besar manfaatnya sehingga pemberian ASI pada minggu-minggu pertama mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan bayi selanjutnya. ASI merupakan makanan yang paling ideal bagi bayi karena mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi. (Krisnatuti, D. 2000, hlm. 5).
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI), menyatakan,
organisasinya memiliki standardisasi pelayanan dalam menolong persalinan, yaitu
pelaksanaan inisiasi dini dan ASI eksklusif 6 bulan. Di tempat praktik bidan tidak boleh ada promosi, gambar penyuluhan, maupun kaleng susu formula tidak tertutup kemungkinan ada pelanggaran di lapangan. Jika ketahuan, bidan tidak lulus menjadi Bidan Delima status profesionalisme bidan pada praktik swasta IBI mengatur agar anggota tidak mempromosikan susu formula (untuk usia kurang atau sama dengan 6
bulan), tetapi boleh untuk susu formula lanjutan (usia lebih dari 6 bulan). Bidan juga boleh memberi ruang bagi promosi susu untuk ibu hamil dan menyusui. Pengawasan dan evaluasi bidan dilakukan di 170 cabang mencakup lebih dari 6.000 bidan. Kegiatan itu dilakukan tiap tiga bulan (Admin2, 2009, pekan ASI sedunia 2009, ¶ 3&5,
http://www.opensubscriber.com, diperoleh tanggal 09 oktober 2009).
Perasaan yang melatarbelakangi keputusan wanita untuk menyusui jauh lebih bervariasi. Pengaruh keluarga sangat kuat beberapa wanita merasa cemas dan tidak percaya diri, perasaan ini semakin kuat jika ibu mereka sendiri atau teman-teman dekat mereka tidak berhasil menyusui. Wanita lain optimis dan yakin, dikuatkan oleh dukungan pasangan atau teman yang memiliki pengalaman menyusui yang positif. (Moody, J. 2005, hlm. 7).
Hasil penelitian tentang pemberian kolostrum yang di lakukan Krista, SM. 2009,
hlm. i. Masih banyaknya ibu yang kurang ataupun cukup mengetahui tentang pentingnya
pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. Pengetahuan yang kurang dan faktor tingkat
pendidikan yang mempengaruhi sehingga informasi ini tidak tersampaikan dengan baik.
Fenomena tersebut di atas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan
pendidikan ibu tentang ASI masih membingungkan diikuti dengan sumber informasi,
kebudayaan dan tradisi keluarga yang turun-temurun sehingga mempengaruhi
pemberian ASI sesegera mungkin pada bayi diikuti dengan mitos-mitos yang dipercayai
turun-temurun. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di Klinik Sari
Medan, 3 dari sepuluh orang ibu menyatakan mengetahui tentang pentingnya pemberian
kolostrum pada bayi baru lahir sedangkan 7 lainnya menyatakan tidak tahu. Maka
peneliti tertarik mengambil judul tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di Klinik Sari Medan 2010”
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan permasalahannya yaitu “ Adakah hubungan pengetahuan, pendidikan dan sumber informasi dengan pemberian kolostrum pada bayi baru lahir?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik ibu tentang pemberian kolostrum pada bayi
baru lahir.
b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian kolostrum pada bayi
baru lahir.
c. Untuk mengetahui sumber informasi ibu tentang pemberian kolostrum pada
bayi baru lahir.
d. Untuk mengetahui tentang pemberian kolostrum pada bayi baru lahir.
e. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian kolostrum
pada bayi baru lahir.
f. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan pemberian kolostrum
pada bayi baru lahir.
g. Untuk mengetahui hubungan sumber informasi dengan pemberian kolostrum
pada bayi baru lahir.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan kontribusi pelayanan kesehatan ibu dan anak, dapat terbinanya hubungan baik dengan masyarakat, terdapat peningkatan SDM yang dibutuhkan dalam pembangunan khususnya kebidanan sekarang ini serta bahan perbandingan dalam pelaksanaan peneliti lain tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi baru lahir.
2. Bagi Ibu
Mendapatkan pengetahuan tentang pemberian kolostrum meliputi manfaaat dan pentingnya pemberian kolostrum pada bayi baru lahir.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan standar professional dan mendapatkan kesempatan untuk ilmu-ilmu yang didapat selama perkuliahan serta dapat membandingkan teori-teori dengan kenyataan yang ada dilapangan.
Link download KTI lengkap ini
27. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Kolostrum pada Bayi Baru Lahir
BAB I
BAB II
BAB III-V
26. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Belajar Mahasiswa Semester IV
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan memegang peranan kunci dalam perkembangan Sumber Daya Manusia dan insan yang berkualitas. Secara kuantitas, kemajuan pendidikan di Indonesia cukup mengembirakan, namun secara kualitas, perkembangan ilmu pengetahuan belum merata. Hal ini ditandai dengan adanya pengendalian mutu atau upaya-upaya untuk memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan (Sukmadinata, 2007). Perkembangan global saat ini menuntut dunia pendidikan untuk selalu merubah konsep berpikirnya. Konsep lama mungkin tidak sesuai dengan perkembangan saat ini , apalagi untuk yang akan datang. Untuk itulah perubahan selalu dilakukan sesuai dengan perkembagan zaman (Sulhan, 2006).
Sampai sekarang pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru ataupun dosen sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar .Untuk itu diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa ataupun mahasiswa yang tidak mengharuskan siswa ataupun mahasiswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong mahasiswa mengkontruksikan di benak mereka sendiri. Dalam proses belajar, seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri, mengkonstruksi pengetahuannya kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Melalui proses belajar yang mengalami sendiri,menemukan sendiri, secara berkelompok dapat meningkatkan minat belajar mahasiswa (Burhanuddin dan Soejoto, 2006).
Selain itu masih banyak hal lain yang dapat meningkatkan minat belajar mahasiswa antara lain yaitu motivasi dari orang tua dan orang sekitar, lingkungan, kelengkapan fasilitas belajar di rumah maupun pendidikan, perilaku mahasiswa itu sendiri dan lain-lain. Namun tidak semua mahasiswa mendapatkan hal tersebut dan akibatnya dapat mengurangi minat belajar mahasiswa (Sukmadinata, 2007). Di Akademi Kebidanan Imelda Medan minat belajar mahasiswa masih kurang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya mahasiswa semester IV yang mendapat hukuman akibat tidak hadir perkuliahan tanpa surat pemberitahuan. Hukuman yang diberikan bagi mahasiswa yang tidak hadir perkuliahan yaitu jika > 2 kali mahasiswa tidak hadir maka mahasiswa tersebut tidak diperkenankan untuk mengikuti ujian dan mahasiswa tersebut tidak mendapatkan izin keluar selama satu minggu. Namun demikian masih banyak juga mahasiswa semester IV Akademi Kebidanan Imelda Medan tahun ajaran 2008/2009 yang tidak mengikuti perkuliahan. Selain itu terdapat 40 orang dari 70 mahasiswa yang memiliki IP <2,75 (standarisasi akademi kebidanan Imelda Medan). Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan minat belajar mahasiswa semester IV di Akademi Kebidanan Imelda Medan tahun ajaran 2008/2009”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan minat belajar mahasiswa semester IV di Akademi Kebidanan Imelda Medan tahun ajaran 2008/2009”.
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan minat belajar mahasiswa semester IV di Akademi Kebidanan Imelda Medan tahun ajaran 2008/2009.
b. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui minat belajar mahasiswa semester IV di Akademi Kebidanan Imelda Medan tahun ajaran 2008/2009.
b. Untuk mengetahui hubungan lingkungan belajar dengan minat belajar mahasiswa semester IV di Akademi Kebidanan Imelda Medan tahun ajaran 2008/2009.
c. Untuk mengetahui hubungan motivasi belajar dengan minat belajar mahasiswa semester IV di Akademi Kebidanan Imelda Medan tahun ajaran 2008/2009.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi /Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi institusi Akademi Kebidanan Imelda Medan untuk meningkatkan minat belajar mahasiswa.
2. Bagi Program D-IV Bidan Pendidik USU
Sebagai tambahan referensi bagi perpustakaan Program D-IV Bidan Pendidik USU.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai data awal untuk peneliti sejenisnya yang lebih kompleks.
4. Bagi Penulis
Sebagai aplikasi dan pengembangan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan terutama tentang peningkatan minat belajar mahasiswa.
Link download KTI lengkap ini
26. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Belajar Mahasiswa Semester IV
KTI FULL
25. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Kesehatan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak lepas dari sejarah
kehidupan bangsa. Setelah Indonesia merdeka, pelayanan kesehatan masyarakat
dikembangkan sejalan dengan tanggung jawab pemerintah melindungi masyarakat
Indonesia dari gangguan kesehatan. Kesehatan adalah hak asasi manusia yang
tercantum dalam UUD 1945. Pemerintah mengembangkan infrastruktur di
berbagai tanah air untuk melaksanakan kewajiban melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan (Gde, 2004).
Di negara maju maupun berkembang reformasi layanan kesehatan telah
lama dibicarakan. Hal ini membuat sistem layanan kesehatan yang semakin
responsif terhadap kebutuhan pasien atau masyarakat. Oleh karena itu, perlu
dilakukan reorientasi tujuan dari organisasi layanan kesehatan dan reposisi
hubungan pasien, dokter atau profesi layanan kesehatan agar semakin terfokus
pada kepentingan pasien. Dengan kata lain layanan kesehatan itu harus selalu
mengupayakan kebutuhan dan kepuasan pasien dan masyarakat yang dilayani
secara simultan (Imbolo, 2007).
Menurut Gde, petugas kesehatan dituntut memiliki pengetahuan dan
keterampilan manajerial akan membantu mereka menjalankan tugasnya sehari-
hari secara profesoinal terutama ketika mereka menghadapi persaingan global.
Persaingan akan berkembang ketat sejalan dengan semakin berkembangnya
ekonomi, sosial, teknologi di wilayah ASEAN, apalagi setelah Indonesia
memasuki era pasar bebas AFTA (tahun 2003) dan APEC (tahun 2010-2020).
Selain itu masyarakat Indonesia juga semakin meningkat pendapatannya sehingga mereka juga akan sadar dan membutuhkan pelayanan kesehatan yang bermutu serta memenuhi rasa keadilan.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator mutu pelayanan
kesehatan. Dengan penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan,
kepuasan pasien menjadi bagian integral dan menyeluruh dari kegiatan jaminan
mutu layanan kesehatan. Artinya pengukuran tingkat kepuasan pasien harus
menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari pengukuran mutu layanan
kesehatan.
Survei kepuasan pasien menjadi penting dan perlu dilakukan bersamaan dengan pengukuran dimensi mutu layanan kesehatan yang lain. Keinginan pasien atau masyarakat dapat diketahui melalui survei kepuasan pasien. Pengalaman membuktikan bahwa transpormasi ekonomi pasti akan mengubah keinginan dan kebutuhan masyarakat terhadap layanan kesehatan. Oleh sebab itu pengukuran kepuasan pasien perlu dilakukan secara berkala dan akurat.
Menurut Imbolo (2007) kepuasan pasien diukur dengan indikator: akses pelayanan kesehatan, kepuasan mutu layanan kesehatan, proses layanan kesehatan, sistem layanan kesehatan. Pengukuran tingkat kepuasan pasien mutlak diperlukan dalam upaya peningkatan mutu layanan kesehatan. Melalui pengukuran tersebut, dapat diketahui sejauh mana mutu layanan yang telah diselenggarakan dapat memenuhi harapan pasien.
Jika belum sesuai dengan harapan pasien, maka hal tersebut akan menjadi
suatu masukan bagi organisasi layanan kesehatan agar berupaya memenuhinya.
Jika kinerja layanan kesehatan yang diperoleh pasien pada suatu fasilitas layanan kesehatan sesuai dengan harapannya, pasien pasti akan selalu datang berobat kepasilitas layanan kesehatan tersebut. Pasien akan selalu mencari layanan kesehatan di fasilitas yang kinerja layanan kesehatannya dapat memenuhi harapan atau tidak mengecewakan pasien.
Klinik Hariantary merupakan salah satu layanan kesehatan yang langsung
memberikan pelayanan kesehatan di masyarakat. Klinik Hariantary ini berdiri
sejak tahun 2001, survei awal yang saya lakukan jumlah kunjungan pasien dari
tahun ke tahun meningkat. Pada tahun 2004 jumlah kunjungan pasien 4754 orang
Pada tahun 2005 jumlah kunjungan Pasien 5098 orang, tahun 2006 jumlah
kunjungan pasien adalah 6239 orang, dan pada tahun 2007 sebanyak 6386 orang.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik mengetahui faktor-faktor apa
saja yang berhubungan dengan kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan kesehatan di Klinik Hariantary Medan Helvetia 2008.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka masalah yang hendak penulis teliti adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan kesehatan di Klinik Hariantary Medan Helvetia 2008.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan kesehatan di Klinik Hariantary Medan Helvetia 2008.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan
kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan kesehatan meliputi
pelayanan dokter, perawat, administrasi, sarana dan prasarana serta
lingkungan fisik di Klinik Hariantary Medan Helvetia 2008.
b. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien rawat inap terhadap
pelayanan kesehatan di Klinik Hariantary Medan Helvetia 2008.
c. Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor pelayanan kesehatan
dengan kepuasan pasien rawat inap di Klinik Hariantary Medan
Helvetia 2008.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Memberikan kontribusi bagi pihak Klinik Hariantary dalam rangka
meningkatkan kualitas dan kwantitas pelayanan kesehatan yang
memperioritaskan kepuasan pasien khusus pasien rawat inap.
b. Sebagai masukan bagi peneliti dalam menambah wawasan pengetahuan
serta pengalaman sehubungan penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
c. Sebagai referensi tambahan bagi institusi Pendidikan D IV Bidan
Pendidikan Universitas Sumatera Utara dan peneliti lainnya dalam
mengembangkan penelitian sehubungan dengan kepuasana pasien terhadap
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Link download KTI lengkap ini
25. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Kesehatan
BAB I
BAB II
BAB III-V
24. Faktor- Faktor yang Berhubungan dalam Melakukan Hubungan Seks pada Ibu Hamil
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan
perempuan. Suatu peristiwa yang dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai
keluarnya hasil konsepsi dari dalam rahim. Kehamilan membawa perubahan
terhadap kondisi fisik dan psikis perempuan yang bersangkutan. Perubahan-
perubahan tersebut menuntut adanya adaptasi dari istri dan orang-orang terdekatnya,
sebab tidak hanya istri, mereka umumnya juga merasakan dampak dari perubahan
selama kehamilan tersebut, khususnya suami (Saifuddin, 2002, hlm. 89).
Perubahan fisik yang paling mudah diidentifikasi dari ibu hamil adalah membesarnya ukuran uterus seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Pembesaran uterus ini mengakibatkan pembesaran abdomen yang pada gilirannya akan mempengaruhi aktifitas ibu hamil sehari-hari, termasuk hubungan seksnya. Ibu hamil mungkin merasa lekas lelah, pusing, mual, muntah atau nyeri pada payudara sehingga libidonya menurun. Begitu pula dengan psikis ibu yang berubah-rubah karena pengaruh dari kehamilannya (Saifuddin, 2002, hlm. 327).
Kebanyakan wanita malu menanyakan masalah seks selama masa kehamilan
(pranatal). Seks merupakan aspek yang sangat penting diperhatikan dalam kehidupan
berumah tangga dan banyak pasangan yang berselisih pendapat tentang seks selama
hamil. Pasangan pria biasanya merasa takut mencelakai bayi yang dikandung
istrinya, sedangkan pasangan wanita merasakan bahwa seks merupakan pengacau
diantara dirinya dengan bayi yang dikandungnya. Sebaliknya, kebanyakan wanita
menginginkan lebih disayangi selama hamil untuk mengatasi perasaannya tentang
keadaan buruk yang sedang dialaminya. Sedangkan pria mengakui bahwa gairah
mereka menurun ketika istrinya sedang dalam keadaan hamil trimester ke-tiga.
Sedangkan sebagian lain menginginkan lebih protektif dan ingin mengadakan
hubungan seks tapi takut untuk melakukannya (Vatsyayana, 2008, hlm. 45).
Banyak wanita yang mengalami masa kehamilan tanpa perubahan yang jelas
pada gairah atau keinginan seksual. Beberapa wanita memang mengalami variasi
yang sangat berbeda dalam keinginan seksual. Faktor emosi merupakan faktor yang
paling berpengaruh dalam perubahan ini. Hormon merupakan penyebab tidak
langsung ia hanya menciptakan gejala fisik yang membuat wanita secara seksual
menjadi apatis. Sebaliknya, ada juga wanita yang justru meningkat keinginan seksual
selama hamil. Hal ini mungkin disebabkan oleh hilangnya kecemasan tentang
keinginan untuk hamil atau keinginan untuk tidak hamil. Dan ada wanita yang tetap
aktif dalam hubungan seksual sampai waktu hampir melahirkan. Bahkan ada
beberapa wanita yang gairah seksualnya meningkat tinggi (Naek, 2000, ¶ 2,
Hubungan Seks di Masa Hamil, Mengapa Tidak?. http://www.infoibu.com, diperoleh tanggal 29 September 2009).
Menurut Eisenberg (2006, hlm. 309) beberapa pasangan akan mengalami
penurunan kenikmatan dan gairah seksual 21% yang tidak mengalami kenikmatan
sebelum kehamilan. Persentasi wanita yang tidak mengalami kenikmatan seksual ini
meningkat menjadi 41% pada minggu ke-12 dari kehamilan, dan meningkat lagi
menjadi 59% memasuki bulan kehamilan. Demikian pula pada minggu ke-12
kehamilan, kira-kira satu dari 10 pasangan sama sekali tidak melakukan hubungan
seksual, memasuki bulan kesembilan sepertiganya menjadi pantang seksual. Tetapi
ada juga wanita yang dapat melakukan hubungan seksual selama kehamilan tanpa ada masalah.
Sebenarnya berhubungan seks pada kehamilan itu boleh dilakukan dan tidak
ada masalah tapi pada kasus-kasus kehamilan tertentu, ibu hamil dilarang atau harus
membatasi untuk melakukan hubungan seksual selama kehamilan. Kasus-kasus
kehamilan tersebut antara lain : riwayat kelahiran premature, ancaman keguguran,
keluar cairan dari vagina yang tidak diketahui penyebabnya, penyakit menular
seksual, plasenta previa, dilatasi pelebaran servik dan lain-lain (Kissanti, 2009, hlm.
94).
Menurut Pangkahila (2008), dalam penelitiannya untuk mengetahui pengaruh
kehamilan terhadap dorongan seksual. Bagi sebagian wanita, kehamilan justru
meningkatkan dorongan seksual, tetapi bagi sebagian lain tidak berpengaruh.
Sementara bagi wanita yang lain, kehamilan justru menekan atau menurunkan
dorongan seksual. Perbedaan pengaruh terhadap dorongan seksual ini ditentukan
oleh sejauh mana perubahan fisik dan psikis yang terjadi selama kehamilan
berpengaruh terhadap kesehatan dan fungsi seksual wanita yang hamil tersebut.
Selain itu mitos tentang seks dalam kehamilan yang beredar luas di masyarakat,
dianggap sebagai suatu kebenaran. Karena dianggap benar, maka perilaku seksual
juga dipengaruhi dan mengikuti informasi yang salah sesuai dengan mitos itu, dan
juga dipengaruhi oleh sikap dan perilaku seksual suaminya. Karena terdapat
perbedaan dorongan seksual, maka terjadi perbedaan dalam perilaku seksual wanita
hamil dan pasangannya (Mitos Seks pun melingkupi Kehamilan.
(http://www.kompas.com, diperoleh tanggal 5 Oktober 2009).
Pada trisemester pertama biasanya gairah seks wanita hamil menurun karena
mengalami mual, muntah, dan kelelahan yang akan mempengaruhi hasrat mereka
untuk berhubungan seksual. Memasuki trisemester kedua situasi dengan normal.
Wanita hamil juga lebih mudah terangsang dan lebih responsif secara seksual. Pada
trimester ketiga, ketidaknyaman fisik bisanya meningkat kembali (Mariana, 2008, ¶
3, Aktivitas Seks Saat hamil. http://www.compas.com, diperoleh tanggal 10 Oktober
2009).
Untuk menangani masalah tersebut bisa diatasi dengan pemilihan posisi yang
nyaman dalam melakukan hubungan seksual. seperti posisi wanita diatas dan posisi
duduk dapat menjadi pilihan pasangan sehingga wanita dapat mengontrol kedalaman
penetrasi. Sementara bagi perempuan yang lain, kehamilan justru menekan atau
menurunkan dorongan seksual. Sementara itu, seks ketika hamil dipengaruhi oleh
beberapa hal yang berbeda-beda. Hal-hal yang mempengaruhi aktivitas seksual
seseorang ketika sedang hamil, yaitu: kepercayaan atau mitos yang dianut ibu hamil
tentang seks, kondisi fisik dan kondisi emosional atau psikologis pada saat
kehamilan (Mariana, 2008, ¶ 2, Aktivitas Seks Saat hamil, http://www.infoibu.com,
diperoleh tanggal 10 Oktober 2009).
Berdasarkan survei pendahuluan yang peneliti lakukan di klinik bersalin
Mariani Medan, empat dari 10 ibu hamil mengalami penurunan dalam melakukan
hubungan seksual, tiga diantaranya tidak terjadi perubahan dan tiga ibu hamil lagi
justru mengalami peningkatan hubungan seksual. Ibu hamil yang mengalami
penurunan seksual mengatakan bahwa akibat perubahan fisik selama kehamilan
mereka merasa tidak nyaman melakukan hubungan seks dan mereka juga takut
terjadi keguguran dan menyakiti janin bila melakukan hubungan seksual.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks pada ibu hamil di Klinik Bersalin Mariani Medan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas rumusan masalah pada penelitian ini adalah ibu hamil dalam melakukan hubungan seksual banyak dipengaruhi oeh beberapa faktor di antaranya yaitu kondisi fisik, psikologis, dan mitos maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktorfaktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks di Klinik Bersalin Mariani Medan tahun 2010.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan
hubungan seks pada ibu hamil di Klinik Bersalin Mariani Medan tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kondisi fisik ibu hamil dalam melakukan hubungan seks di
Klinik Bersalin Mariani Medan tahun 2010.
b. Mengetahui psikologis ibu hamil dalam melakukan hubungan seks di Klinik
Bersalin Mariani Medan tahun 2010.
c. Mengetahui mitos yang dianut ibu hamil dalam melakukan hubungan seks di
Klinik Bersalin Mariani Medan tahun 2010.
d. Mengetahui hubungan kondisi fisik ibu hamil, psikologis ibu hamil, dan
mitos yang dianut ibu hamil dalam melakukan hubungan seks di Klinik
Bersalin Mariani Medan tahun 2010.
4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah bahan kepustakaan, sehingga dapat dijadikan bahan bacaan untuk menambah pengetahuan mahasiswa D IV kebidanan dalam hal faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks selama hamil.
b. Pendidikan Kebidanan
Sebagai informasi bagi pendidikan kebidanan khususnya ibu hamil tentang faktor-faktor berhubungan seks selama kehamilan.
c. Bagi Ibu hamil
Mendapatkan pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dalam melakukan hubungan seks.
d. Bagi Peneliti
Menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesional dan mendapatkan kesempatan untuk ilmu-ilmu yang didapat selama perkuliahan serta dapat membandingkan teoriteori dengan kenyataan yang ada dilapangan.
Link download KTI lengkap ini
24. Faktor- Faktor yang Berhubungan dalam Melakukan Hubungan Seks pada Ibu Hamil
BAB I
BAB II
BAB III-V
23. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan Persalinan Kala 1 pada Ibu Bersalin
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin dengan tanda-tanda rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering
dan teratur, keluar lendir bercampur darah ( show ) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks, kadang-kadang ketuban pecah dengan
sendirinya, pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada
(Saifuddin, 2006, Hlm.100).
Persalinan Kala 1 merupakan sebagai permulaan kontraksi persalinan sejati,
yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan
pembukaan lengkap (10 sentimeter). Hal ini dikenal sebagai tahap pembukaan
serviks (Varney, 2007, Hlm.672). Persalinan Kala 1 merupakan pembukaan yang
berlangsung antara nol sampai pembukaan lengkap. Lama Kala 1 untuk
primigravida sekitar 12 jam sedangkan pada multigravida berlangsung selama 8 jam. Berdasarkan kurve friedman pembukaan primi 1 cm/ jam dan multi 2cm/jam (Manuaba, 2007, Hlm.165).
Bila persalinan dimulai, interaksi antara passanger, passage, power, dan
psikis harus sinkron untuk terjadinya kelahiran pervaginam spontan (Wlash, 2007,
al.300). Saat ini jumlah persalinan 1,2% tiap tahunnya dan angka persalinan di
Indonesia pada tahun 2009 masih cukup tinggi yaitu sebesar 228 per 100.000
persalinan (Republika Newsroom, 2009, ¶ 3, http://www.republika.co.id, diperoleh tanggal 1 November 2009).
Dalam perjalanan Persalinan Kala 1 ibu mengalami gangguan psikologi yaitu
kecemasan dimana menurut Mc Nerney and Grenberg menyebutkan kecemasan
merupakan sebagai reaksi fisik, mental, kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang
menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan
seseorang (Nolan, 2003, Hal.90, Iyus Yosep, 2007, Hal. 45). Secara psikologis
kecemasan meningkat dipengaruhi oleh koordinasi dan gerak reflek. Kesulitan
mendengarkan atau mengganggu hubungan dengan orang lain. Kecemasan dapat
membuat individu menarik diri dan menurunkan keterlibatan dengan orang lain
(Suliswati, 2005, Hlm. 115).
Menurut (PPDGJ-II, Rev.1983) diperkirakan jumlah mereka yang menderita
gangguan kecemasan baik akut maupun kronik mencapai 5% dari jumlah
penduduk, dengan perbandingan wanita dan pria 2 banding 1, diperkirakan 2%-4%
diantara penduduk dalam kehidupannya mengalami gangguan cemas (Hawari,
2006, Hlm. 63). Berdasarkan penelitian dari Iis Riawati Simamora dari beberapa
rumah bersalin di Medan tahun 2008 lebih dari 50% ibu bersalin mengalami
kecemasan dengan hasil penelitian pada ibu primigravida mengalami kecemasan
sedang sebesar 65,6% dan pada multigravida dengan kecemasan ringan 81,3 %.
Beberapa kasus kecemasan sebesar 5%-42% merupakan suatu perhatian
terhadap proses fisiologis. Kecemasan ini disebabkan oleh penyakit fisik atau
keabnormalan perubahan fisik dikarenakan konflik emosional yaitu kecemasan
(Hall 1980, 2009, ¶ 10, http://perawatpsikiatri.blogspot.com, diperoleh tanggal 3
November 2009). Efek dari kecemasan dalam persalinan dapat mengakibatkan kadar katekolamin yang berlebihan pada Kala 1 menyebabkan turunnya aliran darah ke rahim, turunnya kontraksi rahim, turunnya aliran darah ke plasenta, turunnya oksigen yang tersedia untuk janin serta dapat meningkatkan lamanya Persalinan Kala 1 (Simkin, 2005, Hlm.15).
Selain itu ada faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan Kala 1
yang meliputi faktor pengetahuan yaitu hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan di mana seorang ibu
mengalami kecemasan dengan tidak diketahuinya tentang persalinan dan
bagaimana prosesnya (Notoatmodjo, 2003, hlm.127). Pada primigravida tidak ada
bayangan mengenai apa yang akan terjadi saat bersalin sehingga ibu merasa
ketakutan karena sering mendengar cerita mengerikan tentang pengalaman saat
melahirkan dan ini mempengaruhi ibu berfikiran proses persalinan yang
menakutkan (Amalia, 2009, ¶ 1, http://titian amalia.wordpress.com, diperoleh
tanggal 25 Oktober 2009). Bisa ibu belum mengerti dan belum pernah mengalami
persalinan, ibu akan merasa cemas dan gelisah, kalau ibu sudah punya
pengetahuan mengenai hal ini, biasanya ibu akan lebih percaya diri
menghadapinya (Nuryanto,2009, ¶ 3, http:www.clubnutricia.co.id, diperoleh
tanggal 3 November 2009). Berdasarkan penelitian oleh Ni Luh Putu Sekardiani
tentang Hubungan Antara Pengetahuan tentang Proses Persalinan dengan Tingkat
Kecemasan Persalinan di Wilayah Puskesmas Kerambitan II Tabanan Bali. Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang
proses persalinan dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan, dengan hasil
uji statistik : correlation coefficien sebesar 0,327 nilai signifikan sebesar 0,031.
Adapun faktor psikologis yang dialami selama Persalinan Kala 1 yaitu ibu
yang mempunyai rasa cemas disebabkan oleh beberapa ketakutan melahirkan.
Takut akan peningkatan nyeri, takut akan kerusakan atau kelainan bentuk tubuhnya
seperti episiotomi, ruptur, jahitan ataupun seksio sesarea, serta ibu takut akan
melukai bayinya. Faktor psikis dalam menghadapi persalinan merupakan faktor
yang sangat penting mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran ( Simkin,
2005, Hlm.77). Pada multigravida perasaannya terganggu diakibatkan karena rasa
takut, tegang dan menjadi cemas oleh bayangan rasa sakit yang dideritanya dulu
sewaktu melahirkan (Suaramerdeka, 2004, ¶ 1, http://www.suaramerdeka.com,
diperoleh tanggal 15 Oktober 2009).
Pendamping persalinan merupakan faktor pendukung dalam lancarnya
persalinan, karena efek perasaan wanita terhadap persalinan yang berbeda
berkaitan dengan persepsinya orang yang mendukung, dari orang terdekat dapat
mempengaruhi kecemasan ibu (Kitzinger 1989 dalam Mander, 2003, Hlm.141;
Henderson, 2005, Hlm.364 dan 367). Setelah melalui banyak penelitian kehadiran
suami memberi dukungan kepada istri membantu proses persalinan karena
membuat istri lebih tenang. Faktor psikis dalam menghadapi persalinan merupakan
faktor yang sangat mempengaruhi lancar tidaknya proses persalinan ( Musbikin,
2007, Hlm.262).
Faktor selain dari psikologis, faktor fisiologis merupakan penyebab
kecemasan. Terjadinya perubahan fisik yang dialami ibu dengan terjadinya
perubahan kardiovaskuler, pernafasan, neuromuskular, Gastrointestinal, saluran
perkemihan dan kulit (Stuart, 2006, Hlm. 148). Adapun dalam hasil penelitian
Susiaty selain usia kehamilan penyebab kecemasan dapat dihubungkan dengan usia ibu yang memberi dampak terhadap perasaan takut dan cemas yaitu di bawah
usia 20 tahun serta di atas 31 - 40 tahun karena usia ini merupakan usia kategori
kehamilan beresiko tinggi dan seorang ibu yang berusia lebih lanjut akan
menanggung resiko yang semakin tinggi untuk melahirkan bayi cacat lahir dengan
sindrom down (Susiaty, 2008,http://library.gunadarma.ac.id, diperoleh
tanggal 28 Oktober 2009).
Berdasarkan dari survei awal yang peneliti lakukan di Klinik Sari Medan selama 1 minggu dengan jumlah 10 persalinan 7 diantaranya mengalami
kecemasan dalam menghadapi persalinan kala 1. Ditandai dengan ibu bersalin
merasakan ketakutan dan kurangnya pengetahuan ibu tentang persalinan,
sehingga ibu merasakan kecemasan pada saat kala 1 persalinan, dan di klinik
tersebut belum pernah ada yang meneliti tentang kecemasan persalinan kala 1,
sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian tentang ”Faktor - Faktor yang
Berhubungan dengan Kecemasan Persalinan Kala 1 pada Ibu Bersalin di Klinik Sari Medan Tahun 2010.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan tersebut maka rumusan
masalah penelitian ini adalah ” Adakah Faktor Pengetahuan, Kondisi Psikologis
dan Kondisi Fisiologis Berhubungan dengan Kecemasan Persalinan Kala 1 pada
Ibu Bersalin” ?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan Persalinan Kala 1 pada Ibu Bersalin.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang gambaran kecemasan persalinan kala 1.
b. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan kecemasan menghadapi
Persalinan Kala 1 pada ibu bersalin.
c. Mengetahui hubungan kondisi psikologis dengan kecemasan menghadapi
Persalinan Kala 1 pada ibu bersalin.
d. Mengetahui hubungan kondisi fisiologis dengan kecemasan menghadapi
Persalinan Kala 1 pada ibu bersalin.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Klinik ( Pelayanan Kebidanan)
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan gambaran kepada bidan atau dokter tentang faktor - faktor yang berhubungan dengan kecemasan Persalinan Kala 1 pada ibu bersalin.
2. Pendidikan Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna untuk perkembangan ilmu kebidanan khususnya asuhan kebidanan dalam hal untuk mengetahui faktor -faktor yang berhubungan dengan kecemasan Persalinan Kala 1 pada ibu bersalin.
3. Bagi Ibu Bersalin
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi bagi ibu tentang
pengetahuan menghadapi kecemasan Persalinan Kala 1 pada ibu bersalin.
Link download KTI lengkap ini
23. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan Persalinan Kala 1 pada Ibu Bersalin
BAB I
BAB II