BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencapaian pembangunan manusia ditinjau dari Indeks Prestasi Manusia (IPM) belum menunjukkan hasil yang menggembirakan karena IPM Indonesia berada pada peringkat 112 dari 117 dari negara tetangga. Rendahnya IPM sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia. (Azrul, 2007).
Menurut pengelompokan prevalensi gigi kurang Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), Indonesia tergolong sebagai negara status kekurangan gizi yang tinggi pada
tahun 2004 karena 5.119.935 balita Indonesia (28,47,%) termasuk kelompok gizi
kurang dan gizi buruk ( Falah S, 2005)
Peristiwa kembang tumbuh banyak dipengaruhi oleh faktor genetik, gizi, dan lingkungan. Dengan demikian harus diupayakan peningkatan gizi agar tidak menghambat proses tumbuh kembang.(Sulistijani, 2004).
Dari laporan Dinas Kesehatan Sumatera Utara tahun 2005 diperoleh jumlah balita
yang dibawah garis merah adalah 3,12% dari 1.270.245 jiwa dan untuk Kabupaten Deli
Serdang jumlah balita di bawah garis merah adalah 0.62% dari 161.387 jiwa (Dinkes
Sumut, 2005).
Sedangkan menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang berdasarkan data Puskesmas Tanjung Morawa tahun 2006 diperoleh jumlah balita yang dibawah garis merah adalah 0,17% dari 8.660 jiwa (Dinkes Deli Serdang, 2006).
Berbagai sistem tubuh tumbuh dengan kecepatan yang berbeda-beda, misalnya
pertumbuhan jaringan otak dan sistem saraf berlangsung secara maksimal pada dua
tahun pertama, kemudian pada tahun berikutnya berlangsung lambat. Pertumbuhan
sistem saraf yang pesat disertai dengan perkembangan keterampilan anak seperti
adaptasi sosial, kemampuan berbicara, dan berjalan. Oleh karena itu, jika terjadi
gangguan pertumbuhan pada anak akan mempengaruhi sistem saraf, yang pada
akhirnya menyebabkan kelambatan perkembangan keterampilan. (Sulistijani, 2004).
Berdasarkan laporan kesehatan, sekitar 5%-10% dari jumlah anak yang ada memiliki gangguan perkembangan dalam berbicara dan berbahasa. Perkembangan tidak
hanya berbicara, namun juga berkomunikasi seperti memahami lambang bahasa
menulis dan kemampuan visualisasi atau menunjukkan sesuatu. (Zoelandari, 2007).
Suatu kelainan biasa terjadi jika ada faktor genetika atau karena faktor lingkungan
yang tidak mampu mencukupi kemampuan dasar tumbuh kembang anak. Peran
lingkungan, menjadi faktor penting untuk mencukupi kebutuhan dasar tumbuh kembang
anak yaitu kebutuhan psikososial (asih dan asuh). Lingkungan ini terdiri dari lingkungan mikro (Ibu atau pengganti ibu), lingkungan mini (ayah, kakak, adik, dan status sosial ekonomi), lingkungan mesco (hal-hal diluar rumah). (Sisworo, 2004).
Berdasarkan penjajakan awal di posyandu di Batang Kuis dari 55 bayi terdapat 21
bayi yang mempunyai berat badan yang tetap artinya tidak ada peningkatan berat badan
setiap bulannya. Secara normal bayi yang sehat adalah harus mengalami peningkatan
berat badan setiap bulan dan sesuai dengan tingkat usia dalam pertumbuhan
perkembangan pertambahan usianya. Atas informasi tersebut diatas penulis berkeinginan meneliti tentang bagaimana sebenarnya ”Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang Bayi di Klinik Nurhalmah Batang Kuis Medan 2008”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah ”Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh
Kembang Bayi di Klinik Nurhalmah Batang Kuis Medan Tahun 2008”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang Bayi di Klinik Nurhalmah Batang Kuis Medan Tahun 2008.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang bayi berdasarkan tingkat pendidikan.
b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang bayi berdasarkan sumber informasi.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Sebagai sumber informasi bagi Klinik Nurhalmah Batang Kuis Medan untuk upaya promotif dan preventif bagi pelayanan yang diberikan kepada ibu yang memiliki bayi.
b. Untuk tenaga kesehatan agar lebih meningkat dan mengupayakan pelayanan yang berbentuk promotif dalam upaya meningkatkan gizi bayi.
Link download KTI lengkap ini
51. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang Bayi
BAB I
BAB II
BAB III-VI
Free Download KTI - Karya Tulis Ilmiah - Skripsi - Thesis - Desertasi - Artikel Update Setiap Hari. Analysis With SPSS PDF, Health Article, Education Article
51. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang Bayi
50. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat
panjang. Perbedaan ini dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikontruksikan secara sosial dan budaya. Pada akhirnya perbedaan ini dianggap sebagai ketentuan Tuhan yang tak bisa diubah.
Kekerasan dalam rumah tangga dalam berbagai bentuk sering terus berlangsung meskipun
perempuan-perempuan tersebut sedang mengandung. Konsekuensi paling merugikan bagi perempuan yang menjadi korban kekerasan dan dampak terhadap kondisi kesehatan mentalnya.
Dampak ini terutama menonjol pada perempuan korban kekerasan seksual. Dalam tindak perkosaan, misalnya yang diserang memang tubuh perempuan. Namun, yang dihancurkan adalah seluruh jati diri perempuan yaitu kesehatan fisik, mental psikologi dan sosialnya (Tono Hadi, 2007).
Maraknya isu “Kekerasan Terhadap Perempuan”, menjadi rangkaian kosakata yang cukup
populer dalam beberapa tahun belakangan ini, telah memasuki wilayah yang paling kecil dan ekslusif, yaitu keluarga. Di Amerika Serikat sendiri yang konon negara pengusung Hak Asasi Manusia, justru menunjukkan laporan yang cukup mengejutkan. Andrew L. Sapiro dalam bukunya berjudul “Amerika No. 1” menyebutkan bahwa kita nomor satu dalam pemerkosaan yaitu 114 per 100.000 penduduk”. Departemen kehakiman AS sampai akhir 1992 menyebutkan bahwa 20% pemerkosaan adalah bapaknya sendiri, 26% orang dekatnya, 31% orang dikenalnya, 4% orang yang tak dikenalnya.
Komnas perempuan mencatat bahwa kekerasan terhadap perempuan di Indonesia terus
meningkat dari tahun ke tahun. Catatan tahun 2004, misalnya menyebut 5.934 kasus kekerasan terhadap perempuan, 2.703 adalah kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Tercakup dalam kategori ini dalam kekerasan terhadap istri sebanyak 2.025 kasus (75%) kekerasan tehadap anak perempuan 389 kasus (24%) dan kekerasan terhadap keluarga lainnya 23 kasus (1%) (Emma Adji, 2006).
Rifka Annisa Women’s Crisis Center di Jogjakarta yang berkiprah dalam kenangan perempuan korban kekerasan mencatat, hingga Mei 2006 terdapat 900 kasus dan 619 diantaranya adalah kasus KDRT (Wardani Mag, 2007).
Dari data yang dihimpun IBH-APIK Medan, setidaknya ada 1520 kasus yang sialami
perempuan dan anak dengan berbagai kasus, seperti kejahatan seksual sebanyak 648 kasus, kekerasan fisik dan psikis 303 kasus, perampokan terhadap perempuan 208 kasus, kematian tidak wajar 148 kasus, penganiayaan 118 kasus, trafiking 64 kasus, bayi dibunuh 19 kasus, kekerasan terhadap buruh 7 kasus dan penculikan 4 kasus (http://www.kebumen.go.id,16-08-2007)
Dari kasus perceraian yang ada di Kabupaten Langkat stabat di Pengadilan Agama tahun 2006 sebanyak 114 kasus, yaitu masalah ekonomi 5 kasus, tidak ada tanggung jawab 22 kasus, tidak ada keharmonisan 84 kasus, gangguan pihak ketiga 2 kasus dan perceraian lainnya 1 kasus. Tahun 2007 yaitu sebanyak 196 kasus, yaitu masalah tidak ada tanggung jawab sebanyak 95 kasus dan tidak ada keharmonisan 101 kasus (Pengadilan Agama, 12-11-2007).
Berdasarkan permasalahan yang tertera diatas, bahwa kekerasan dalam rumah tangga sangat terkait dengan Hak Asasi Manusia. Dan memberikan dampak yang merugikan bagi kesehatan wanita, dengan dasar itu pula penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga
1.2. Pertanyaan penelitian
Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Desa Sambi Rejo Dusun V Kec. Binjai Kab. Langkat Tahun 2007.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang dampak Kekerasan Terhadap
Perempuan Dalam Rumah Tangga di Desa Sambi Rejo Dusun V Kec. Binjai Kab.
Langkat.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui distribusi umur ibu tentang dampak kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga di Desa Sambi Rejo Dusun V Kec. Binjai Kab. Langkat.
2. Mengetahui distribusi pendidikan ibu tentang dampak terhadap kekerasan dalam rumah tangga di Desa Sambi Rejo Dusun V Kec. Binjai Kab. Langkat.
3. Mengetahui distribusi pekerjaan ibu tentang dampak kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga di Desa Sambi Rejo Dusun V Kec. Binjai Kab. Langkat.
4. Mengetahui distribusi sumber informasi tentang dampak kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga di Desa Sambi Rejo Dusun V Kec. Binjai Kab. Langkat.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Menambah pengalaman dan pengetahuan bagi penulis dalam melaksanakan penelitian khususnya mengenai dampak kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga.
1.4.2. Hasi penelitian ini dapat menjadi masukan bagi petugas kesehatan untuk dapat memberikan konseling tentang dampak kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga.
Link download KTI lengkap ini
50. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga
BAB I
BAB II
BAB III-VI
49. Gambaran Kecemasan Pasangan Infertil yang Berkunjung Ke RS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menikah dan memiliki keturunan adalah suatu fase yang dijalani oleh manusia
dalam siklus kehidupanya. Memiliki keturunan sebagai penerus generasi dirasakan
sebagai suatu keharusan oleh sebagian masyarakat kita. Keberadaan anak dianggap
mampu menyatukan dan menjaga agar suatu keluarga atau pernikahan tetap utuh
(Wirawan, 2004).
Infertilitas (kemandulan) merupakan masalah kesehatan, dimana pasangan suami
istri tidak mengetahui kalau pasangannya mengalami infertilitas dan penyebab
terjadinya infertilitas. Infertilitas ini membutuhkan perhatian di seluruh dunia maupun di Indonesia, karena banyaknya pasangan infertil di Indonesia khususnya
pada wanita yang pernah kawin tapi tidak mempunyai anak. Sedangkan di negara-
negara maju seperti Amerika, Jepang ditemukan kasus infertil baik dari laki-laki
maupun perempuan sekitar 80% jumlah pasangan infertil diperoleh sekitar 400 juta
pasangan (Siswono, 2003).
Menurut Worlth Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa jumlah pasangan infertilitas sebanyak 36% diakibatkan adanya kelainan pada si ayah, sedangkan 64% berada pada si ibu. Hal ini di alami 17% pasangan yang sudah menikah lebih dari 2 tahun belum mengalami tanda-tanda kehamilan bahkan sama sekali belum pernah hamil (Addy, 2010).
Beberapa daerah di Indonesia, wanita sering kali disalahkan menjadi penyebab
infertilitas yang tidak bisa hamil. Padahal, masalah infertilitas dapat berasal dari
pihak laki-laki, perempuan ataupun interaksi keduanya. Menurut penelitian
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) di Jakarta, 36% infertilitas
diakibatkan adanya kelainan pada si ayah, sedangkan 64% ada pada si ibu.
Penyelidikan lamanya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam 3 bulan, 72,1% dalam 6 bulan, 85,4% dalam 12 bulan, dan 93,4% dalam 24 bulan. Waktu median yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan adalah 2,3 bulan sampai 2,8 bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan, makin turun kejadian kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru menganggap ada masalah infertilitas jika pasangan yang ingin punya anak itu telah dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan (Hetty, 2009).
Kegagalan mempunyai anak pada pasangan suami istri akan menyebabkan rasa
sedih yang mendalam, membuat perasaan bersalah dan membuat stress. Stress
berperan besar menyumbang angka kemungkinan infertilitas, yaitu sebesar 15-20 %.
Ketika seseorang mengalami kondisi jiwa demikian bisa menyebabkan gangguan
ovulasi spermatogenesis, spasme tuba fallopi dan disfungsi seksual yaitu menurunnya
frekuensi hubungan suami istri. Aspek gaya hidup ternyata juga menyumbang 15-
20% pengaruh terhadap angka kejadian infertilitas. Salah satu trend seperti menunda
usia perkawinan demi mengejar karier yang cukup marak beberapa tahun belakangan ini. Padahal tingkat kesuburan wanita akan menurun mulai usia 35 tahun (Yan,
2008).
Faktor-faktor organik/psikologi merupakan penyebab terjadinya infertilitas,
karena ketakutan yang berlebihan (emotion stress) dapat juga menurunkan kesuburan
wanita. Selain itu pendapat umum mengatakan bahwa ketegangan jiwa/kecemasan
dapat menyebabkan spasmus di daerah antara uterus dan tuba (utero-tubal junction).
Di negara Jugoslavia ditemukan 678 kasus dengan keluhan sterilias, 544 kasus
(81,6%) disebabkan oleh kelainan organik, dan 124 kasus (18,4%) disebabkan oleh faktor penanggulangan infertilitas dan subfertilitas yang mempunyai kadar psikologi sebaiknya dilakukan dengan pendidikan psikologi (Prawirohardjo, 2003).
Infertilitas tersebar diseluruh dunia termasuk Indonesia antara lain ditemukan di
sumatera utara khususnya medan banyak keluarga memelihara kucing dan anjing.
resikonya adalah mendapat zoonosis berupa semacam kuman antara lain protozoa
penyakit disentri dan toxoplasmosis. Saat ini dilaporkan bahwa infeksi oleh kuman
TORCH pada wanita bisa menyebabkan infertilitas. 70 % wanita yang infertil
terinfeksi oleh kuman TORCH (Vitahealth, 2007).
Berdasarkan data yang dikumpulkan peneliti dari bulan September - November
2010 terdapat sebanyak 32 pasangan infertil yang berkunjung ke RS Adenin Adenan
Medan, 28 pasangan dengan infertilitas primer dan 4 pasangan dengan infertilitas
sekunder.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran kecemasan pasangan infertil yang berkunjung ke RS Adenin Adenan Medan Tahun 2010”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi gambaran kecemasan pasangan infertil yang berkunjung ke RS Adenin Adenan Medan Tahun 2010
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi adanya kecemasan pasangan infertil yang berkunjung ke RS Adenin Adenan Medan Tahun 2010.
b. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pasangan infertil yang berkunjung ke RS Adenin Adenan Medan Tahun 2010.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pasangan Infertil
Sebagai sumber informasi terhadap kecemasan infertilitas khususnya pada pasangan infertil
2. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi dan bahan bacaan di perpustakaan serta sebagai bahan penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti
Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama pendidikan dan menambah wawasan dan pengalaman. Sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan D IV Kebidanan.
Link download KTI lengkap ini
49. Gambaran Kecemasan Pasangan Infertil yang Berkunjung Ke RS
BAB I
BAB II
BAB III-VI
48. Gambaran Kecemasan Dan Nyeri Persalinan Pada Ibu Primigravida
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan dimaksud dalam pembukaan UUD 1945. Salah satu tolak ukur untuk menilai kemajuan program pembangunan kesehatan adalah faktor derajat kesehatan, yang diuraikan dalam berbagai variabel seperti lamanya hidup, kematian, kesakitan, dan lain-lain. Variabel ini dijabarkan ke dalam indikator
misalnya angka harapan hidup, angka kematian kasar, angka kesakitan, dan lain-lain Depkes RI, 2008).
Kasus kematian ibu melahirkan di Indonesia tergolong cukup tinggi. Pada tahun 2015 mendatang angka kematian ibu melahirkan ditargetkan menurun menjadi 103 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian di Indonesia saat ini tergolong masih tinggi yaitu mencapai 228 per kelahiran hidup.
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Asuhan Persalinan Normal, 2008).
Kecemasan (Ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Gangguan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan yag disertai respon perilaku, emosional, dan fisiologis. Individu yang mengalami gangguan ansietas dapat memperlihatkan perilaku yang tidak lazim seperti panik tanpa alasan, takut yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan (Viebeck Sheila L, 2008).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Kebanyakan sensasi nyeri
adalah akibat dari stimuli fisik dan mental atau stimuli emosional (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Proses persalinan merupakan peristiwa yang melelahkan sekaligus beresiko, tidak mengherankan calon yang akan melahirkan diselimuti rasa takut, panik, dan gugup. Seorang wanita yang merasa cemas pada saat persalinan dapat mengancam keselamatannya dan bayinya. Kecemasan juga mengakibatkan terjadinya penurunan aliran darah ke rahim, kontraksi rahim menurun, lamanya kala I, turunnya aliran darah ke plasenta, rendahnya oksigen yang tersedia untuk janin. Penyebab kecemasan yang dirasakan oleh ibu pada saat menjelang persalinan antara lain : takut akan peningkatan nyeri, takut persalinan akan melukai bayinya, kurang pengetahuan tentang proses persalinan, takut kehilangan kontrol, takut tidak dapat merawat bayinya, takut akan pengabaian ayah dari si bayinya, kepercayaan-kepercayaan yang mengatakanbahwa melahirkan itu sakit (Simkim&Anchefa 2005).
Ketika seorang ibu menghadapi proses persalinan diiringi dengan ketakutan dan
sangat cemas serta tegang, tak yakin pada diri sendiri maka ketegangan ini bisa
menyebabkan tekanan pada serviks dan rahim sehingga akan lebih banyak rasa sakit / nyeri yang ditimbulkan (Mander, 2005).
Oleh karena itu yang terpenting bagi ibu adalah adanya dukungan dan motivasi
dari orang yang ada di sekelilingnya, demi membesarkan hati serta membantunya
menghadapi persalinan secara normal. Jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan
selama persalinan dan kelahiran bayi, maka ibu akan mendapat rasa aman dan itu dapat
membantunya dalam mengahadapi persalinan secara normal (Asuhan Persalinan
Normal, 2007).
Hodnett (1995), dalam penelitiannya mengindikasikan bahwa kehadiran dukungan dari orang-orang yang dilatih akan mengurangi durasi kelahiran, mengurangi kecenderungan penggunaan obat-obatan pengurang rasa nyeri dan menurunkan kejadian kelahiran secara secsio sesaria.
Oleh karena hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti “Gambaran Kecemasan dan Nyeri Persalinan pada Ibu Primigravida”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Gambaran Kecemasan dan Nyeri Persalinan pada ibu Primigravida?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini merupakan untuk mengetahui Tujuan Umum :
1. Untuk mengetahui gambaran kecemasan dan nyeri persalinan yang terjadi pada ibu primigravida.
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui karakteristik ibu primigravida yang mengalami kecemasan dan nyeri persalinan.
2. Untuk mengetahui tingkat kecemasan yang terjadi pada ibu primigravida.
3. Untuk mengetahui tingkat nyeri persalinan yang terjadi pada ibu primigravida.
D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan Kebidanan
Sebagai masukan bagi pelayanan kesehatan terkhusus bidan agar mampu melayani dan menghadapi rasa cemas, nyeri pada ibu bersalin dengan memberikan asuhan kebidanan dengan benar dan tepat.
2. Perkembangan Ilmu Kebidanan
Sebagai masukan bagi perkembangan ilmu kebidanan dalam menghadapi ibu yang
mengalami rasa cemas yang dapat mengakibatkan meningkatnya rasa nyeri pada
ibu bersalin.
Link download KTI lengkap ini
48. Gambaran Kecemasan Dan Nyeri Persalinan Pada Ibu Primigravida
BAB I
BAB II
BAB III-VI
47. Formulir Persetujuan Penelitian Pengalaman Ibu Tentang Nyeri Post Partum Dengan Riwayat Sectio Ceasaria
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sectio caeseria adalah cara persalinan melalui pembedahan di perut dan di dinding uterus. Seharusnya keadaan ini dilakukan jika ibu dan janinnya dalam keadaan darurat dan hanya dapat diselamatkan melalui operasi. Bedah caesar yang tidak direncanakan biasanya baru diputuskan pada saat atau ketika persalinan berlangsung. Pemelihan persalinan melalui operasi dengan alasan yang beragam antara lain tidak tahan atau takut terhadap nyeri pada saat melahirkan. Banyak wanita yang tidak tahan memilih untuk menjalani operasi bahkan ada yang begitu mengetahui dirinya hamil sudah merencanakan untuk tidak bersalin normal dan melahirkan bayi dengan caesar (Oxorn, 2003)
Suatu tindakan operasi seringkali berhubungan dengan nyeri sehingga
menjadi masalah pada saat selesainya proses operasi. Nyeri tersebut sangat
mengganggu sebab menimbulkan rasa tidak nyaman bagi pasien (Melvyn, 2006)
Nyeri merupakan pengalaman yang sangat tidak menyenangkan yang dirasakan seseorang terhadap stimulus tertentu dan tidak dapat dibagi kepada orang lain (Koizer, 2004). Nyeri yang dirasakan oleh setiap orang yang untuk melakukan persalinan lewat jalan operasi sedangkan manajemen nyeri merupakan suatu upaya untuk mengurangi nyeri ke tingkat yang lebih rendah.
Nyeri pada pasien post operasi merupakan nyeri akut yang belum banyak
dimengerti dan selalu dikelola dengan baik. Nyeri akibat operasi ini tidak hanya
memiliki komponen sensori berhubungan dengan rusak jaringan, tetapi juga
dipengaruhi oleh komponen psikososial dari pasien tersebut. Nyeri pada post operasi bisa menetap dan hilang timbul, semakin memburuk jika penderita bergerak, batuk, tertawa atau menarik nafas dalam (Koizer, 2004)
Berdasarkan survey pendahuluan yang pernah peneliti lakukan dirumah sakit umum sembiring Delitua pada bulan Januari sampai Maret tahun 2008 dari 125 ibu post partum dengan riwayat sectio caesaria merasakan sesuatu yang tidak nyaman, merasa nyeri, takut cemas dan sangat sulit untuk diajak melakukan aktivitas yang ringan seperti duduk dan berjalan setelah satu hari pasca operasi. Ibu-ibu belum banyak mengetahui bagaimana mengelola rasa nyeri sehingga ibuibu mengharapkan terapi farmakologi dari pada mengatasi dan mengelola nyeri dengan baik. Berdasarkan latar belakang inilah peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengalaman ibu tentang nyeri post partum dengan riwayat sectio caesaria di Rumah Sakit Umum Delitua Tahun 2008.
1.2.Tujuan Penelitian
1.2.1. Tujuan Umum
Berdasarkan masalah penelitian yang telah ditetapkan maka tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui pengalaman ibu tentang nyeri post partum
dengan riwayat Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Sembiring Delitua Tahun
2008.
1.2.2. Tujuan Khusus
Untuk mengidentifikasi pengalaman ibu tentang nyeri pada Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Sembiring Delitua Tahun 2008.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana pengalaman ibu tentang nyeri post partum dengan riwayat Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Sembiring Delitua Tahun 2008.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian bagi :
1. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi program D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Kedokteran USU tentang penelitian kualitatif yang berjudul pengalaman ibu tentang nyeri post partum dengan riwayat Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Sembiring Delitua Tahun 2008.
2. Bagi Bidan
Sebagai bahan masukan bagi tenaga medis agar dapat mengajarkan dan mengarahkan ibu untuk dapat mengurangi rasa nyeri setelah proses sectio caesaria secara nonfarmakologi.
3. Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam melaksanakan penelitian.
4. Pihak Rumah Sakit
Agar dapat memberikan pelayanan dan perawtan yang intensif pada ibu post partum dengan riwayat sectio caesaria untuk mengurangi rasa nyeri.
Link download KTI lengkap ini
47. Formulir Persetujuan Penelitian Pengalaman Ibu Tentang Nyeri Post Partum Dengan Riwayat Sectio Ceasaria
BAB I
BAB II
BAB III-V
46. Bladder Training Pada Ibu-ibu Pasca Seksio Sesarea
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar
di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur
disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya
menjadi faktor utama mortalitas wanita pada masa puncak produktivitasnya. Tahun
1996, World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu
pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Di Asia Selatan, wanita
berkemungkinan 1:18 meninggal akibat kehamilan/persalinan selama kehidupannya,
dibanyak negara Afrika 1:14, sedangkan di Amerika Utara hanya 1:6.336. lebih dari
50% kematian di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi
yang ada serta biaya yang relatif rendah (Sarwono, 2002 : 3).
Angka kejadian seksio sesaria di Indonesia menurut data survey nasional tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8 % (http://www.idi.seksio.com.20%.sesaria ).
Saat ini, persalinan dengan bedah sesarea bukan hal yang baru lagi bagi para ibu maupun pasangan suami istri. Sejak awal, tindakan operasi sesarea atau C-section merupakan pilihan yang harus dijalani karena kadaan gawat darurat untuk menyelamatkan nyawa ibu maupun janinnya (Dewi, 1997).
Ibu yang mengalami seksio sesarea dengan adanya luka di perut sehingga harus
dirawat dengan baik untuk mencegah kemungkinan timbulnya infeksi. Ibu juga akan membatasi pergerakan tubuhnya karena adanya luka operasi sehingga proses penyembuhan luka dan pengeluaran cairan atau bekuan darah kotor dari rahim ibu ikut terpengaruh (Bobak,L.J, 2004)
Dewasa ini semakin banyak dokter dan tenaga medis yang menganjurkan pasien
yang baru melahirkan dengan operasi agar segera menggerakkan tubuhnya. Dokter
kandungan menganjurkan pasien yang mengalami operasi sesarea untuk tidak
berdiam diri di tempat tidur tetapi harus menggerakkan badan. (Kasdu, 2003).
Apabila terjadi distensi berlebih pada kandung kemih dalam jangka waktu
lama, dinding kandung kemih dapat mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni).
Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih
biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir (Bobak,
2004).
Bladder training (melatih kembali kandung kemih) ialah untuk
mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih (AHCPR, 1992). Agar bladder training ini berhasil, klien harus menyadari dan secara fisik maupun mengikuti program pelatihan. Program tersebut meliputi penyuluhan upaya berkemih yang terjadwal, dan memberikan umpan balik positif. Fungsi kandung kemih untuk sementara mungkin terganggu setelah suatu priode kateterisasi (Resnick, 1993).
Klien yang sedang dalam pemulihan setelah menjalani pembedahan mayor
atau menderita penyakit kritis atau suatu ketidakmampuan, sering harus dipasang
kateter menetap untuk membantu proses pengeluaran urinenya sehingga jumlah urine
yang keluar dapat diukur. Terpasangnya keteter membuat klien beresiko terkena infeksi (Potter, 2005).
Mengatasi masalah perkemihan salah satunya dapat dilakukan bladder
training. Bladder training merupakan penatalaksanaan yang bertujuan untuk melatih
kembali kandung kemih kepola berkemih normal dengan menstimulasi pengeluaran
urine. Pada perawatan maternitas, bladder training dilakukan pada ibu yang telah
mengalami gangguan berkemih seperti inkontinensia urine dan retensio urine. Pada
hal sesungguhnya bladder training dapat mulai dilakukan sebelum masalah berkemih
terjadi, sehingga dapat mencegah intervensi invasif seperti pemasangan kateter yang
justru meningkatkan kejadian infeksi kandung kemih. Bladder training adalah
kegiatan melatih kandung kamih untuk mengembalikan pola normal berkemih dengan
menghambat atau menstimulasi pengeluaran urine. Program latihan dalam bladder
training meliputi penyuluhan, upaya berkemih terjadwal dan memberi umpan balik
positif. Tujuan dari bladder training melatih kandung kemih untuk meningkatkan
kemampuan mengontrol, mengendalikan, dan meningkatkan kemampuan berkemih
secara spontan (Bobak, 2004).
Bladder training merupakan faktor yang utama dalam mempercepat pemulihan
dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah seksio sesarea. Banyak keuntungan
yang bisa diraih dari latihan bladder training periode dini pasca bedah. Bladder
training sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko karena
tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot - otot
di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernafasan terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun berkemih. (Carpenito, 2000, ¶,http://www.bidanlia.com
diperoleh tanggal 25 September 2009).
Bladder training segera secara bertahap sangat berguna untuk proses penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi serta trombosis vena. Bila terlalu dini melakukan bladder training dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi bladder training secara teratur dan bertahap yang didikuti dengan latihan adalah hal yang paling dianjurkan (Roper, 2002, ¶ 3,http://www.postseksio.com diperoleh tanggal 25 September 2009)
Dalam membantu jalannya penyembuhan ibu pasca seksio sesarea, disarankan
untuk melakukan bladder training. Tetapi, pada ibu yang mengalami seksio sesarea
rasanya sulit untuk melaksanakan bladder training karena ibu merasa letih dan sakit.
Salah satu penyebabnya adalah ketidaktahuan pasien mengenai bladder training.
Untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan tentang bladder training pasca operasi
seksio sesarea sehingga pelaksanaan bladder training lebih maksimal dilakukan.
Sebenarnya ibu yang mengalami seksio sesarea mengerti dalam pelaksanaan bladder
training, namun ibu tidak mengerti apa manfaat dilakukan bladder training
(Surininah, 2004, ¶ 1,http://www.ayahbunda-online.co.id
diperoleh tanggal 1 Oktober 2009)
Dari survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD. Dr. Pirngadi
Medan pada tanggal 26 Oktober 2009 peneliti mendapatkan informasi dari sepuluh
orang ibu yang bersalin dengan seksio sesarea mengatakan bahwa belum pernah
dilakukan bladder training pasca seksio sesarea. Berdasarkan data di atas, maka
peneliti tertarik untuk meneliti bladder training pada ibu-ibu pasca seksio sesarea.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui bladder training pada ibu-ibu pasca seksio sesarea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bladder training pada ibu-ibu pasca seksio sesarea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden
b. Untuk mengetahui Bladder training terhadap jumlah BAK yang dikeluarkan pada ibu-ibu pasca seksio sesarea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan.
c. Untuk mengetahui Bladder training terhadap BAB yang dikeluarkan pada ibu-ibu pasca seksio sesarea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan.
d. Untuk mengetahui Bladder training terhadap lokea pada ibu-ibu pasca seksio sesarea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Kebidanan
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi bagi bidan tentang penatalaksanaan bladder training dan manfaat bladder training terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea.
2. Bagi Peneliti selanjutnya
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan sebagai salah satu intervensi bagi penelitian selanjutnya yang sejenis.
3. Bagi Pendidikan Kebidanan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan ilmu pengetahuan
dalam institusi kebidanan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta
didik tentang manfaat bladder training pada pasien pasca seksio sesarea.
Link download KTI lengkap ini
46. Bladder Training Pada Ibu-ibu Pasca Seksio Sesarea
BAB I
BAB II
BAB III-V
45. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Persiapan Memasuki Masa Menopause
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Walaupun wanita umumnya memiliki umur harapan hidup lebih tinggi dari pada pria, mereka menghadapi masalah kesehatan lebih rumit. Secara normal wanita mengalami fase perubahan fisiologi yang berbeda dengan yang dialami pria. Mengawali masa remajanya wanita mulai mengawali menstruasi yang kemudian secara normal terjadi setiap bulan selama masa usia reproduktif. Selanjutnya mereka akan menjalani masa hamil dan menyusui yang melelahkan. Fase ini diakhiri dengan datangnya menopause yang umumnya mulai terjadi pada usia 45 tahun (Siagian, 2003).
Penelitian yang dilakukan Hardi (2007) menyatakan bahwa jumlah wanita yang memasuki masa menopause saat ini berjumlah 7,4% dari populasi. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat menjadi 11 % pada tahun 2005, kemudian naiklagi sebesar 14% pada tahun 2015.
Menopause bukanlah peristiwa yang terjadi secara mendadak tetapi merupakan proses yang berlangsung lama, bahkan pada beberapa orang dapat berlangsung selama sepuluh tahun. Artinya meskipun seorang perempuan mengalami haid yang berhenti sama sekali pada usia 50 tahun, misalnya ia mungkin sudah merasa bahwa siklus haidnya mulai berubah sejak ia berusia 40 tahun. Menstruasi itu benar-benar tidak datang lagi rata-rata seorang perempuan mencapai umur 50 tahun (dengan rentan antara 48 dan 52 tahun). Secara medis seorang perempuan akan dinyatakan telah mengalami menopause jika selama setahun tidak pernah sama sekali haid lagi (Irawati, 2002).
Wanita yang mendekati masa menopause mempunyai tiga pola haid. Pertama haid tetap teratur dan kemudian tiba-tiba berhenti. Kedua, haid menjadi jarang, intervalnya menjadi panjang sampai akhirnya berhenti. Ketiga, haid menjadi tidak teratur. Haid kadang-kadang banyak, kadang-kadang sedikit dan jarak waktu antara setiap periode haid tidak dapat diramalkan dengan baik (Jones, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Jones (2005) ada tiga dari banyak gejala yang
dikeluhkan oleh wanita selama menopause akibat penurunan kadar estrogen yaitu
haid tidak teratur, panas dan kekeringan vagina atau rasa terbakar pada vagina.
Banyak gejala yang dialami wanita pada masa klimakterik atau fase menjelang menopause seperti tersebut di atas menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam menerma perubahan-perubahan pada tubuhnya. Ketidaksiapan ini dipicu kurangnya pengetahuan tentang perubahan fisik menopause.
Berdasarkan urian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui “gambaran
pengetahuan ibu tentang persiapan memasuki masa menopase di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Langkat Tahun 2007”.
1.2. Tujuan Penelitian
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang persiapan memasuki masa menopase di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Langkat Tahun 2007.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui persiapan fisik yang dilakukan ibu dalam menghadapi masa menjelang menopause di Kabupaten Langkat.
b. Untuk mengetahui bagaimana persiapan psikis ibu dalam menghadapi masa menjelang menopause di Kabupaten Langkat.
1.3. Pertanyaan Penelitian
“Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang persiapan memasuki masa menopase di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Langkat Tahun 2007.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu-ibu tentang persiapan memasuki masa menopause di Kabupaten Langkat.
b. Sebagai bahan bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, khususnya di bidang kesehatan.
c. Untuk menambah wawasan penelitian terutama yang berkaitan dengan kesiapan ibu dalam memasuki masa menopause.
Link download KTI lengkap ini
45. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Persiapan Memasuki Masa Menopause
BAB I
BAB II
BAB III-VI
41. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Varney, setiap menit dan setiap hari, di mana pun di dunia, seorang ibu
meninggal dunia akibat komplikasi yang muncul selama masa hamil dan persalinan. Sebagian besar kematian ini tidak dapat dihindari. Tahun 1987 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, tiap tahunnya lebih dari 500.000 orang meninggal karena hamil dan melahirkan. Pendataan WHO selanjutnya menunjukkan bahwa jumlah kematian ibu mendekati angka 585.000 per tahun. Dari jumlah mendekati 600.000 ini, lebih dari setengahnya datang dari delapan Negara, yaitu Bangladesh, Ethiopia, India, Indonesia, Nepal, Nigeria, Pakistan, dan Uganda (Varney, 2007, hlm. 54).
Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki angka kematian ibu yang sangat tinggi. Menurut SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2002 / 2003, angka kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup,
sedikitnya 18.000 ibu meninggal setiap tahunnya. Hal itu berarti setiap jam terdapat dua orang ibu hamil atau bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab. Akibatnya setiap tahun 36.000 balita menjadi anak yatim. Demikian pula angka kematian bayi khususnya angka kematian bayi baru lahir masih berada dalam kisaran 20 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2004).
Di dalam rencana strategik nasional Making Pregnancy Safe (MPS) di Indonesia 2001-2010 disebutkan bahwa dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju
Indonesia Sehat 2010, visi MPS adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman, serta bayi yang dilahirkan hidup dan sehat. Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup (Saifuddin, 2002,hlm. U-2 ).
Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006, angka kematian
ibu dalam lima tahun terakhir menunjukkan kecenderungan penurunan secara berturut- turut. Pada tahun 2002 terdapat 360/100.000 kelahiran hidup, tahun 2003 sebesar 343/100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 sebesar 330/100.000 kelahiran hidup, tahun 2005 sebesar 315/100.000 kelahiran hidup. Walaupun terjadi penurunan, tetapi angka kematian tersebut masih termasuk tinggi dibandingkan rata-rata nasional yaitu 262/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Propsu, 2007).
Di Negara-negara berkembang ada lima penyebab utama kematian ibu, diantaranya adalah perdarahan, sepsis, hipertensi akibat kehamilan, aborsi yang tidak aman, dan persalinan macet. Komplikasi penyebab kematian ibu terbanyak adalah karena perdarahan pada kehamilan 45,7%, hipertensi selama kehamilan 14,5%, dan infeksi 8% (Varney, 2007, hlm. 56., Depkes, 2005).
Selain itu, penyebab lain meningkatnya angka kematian ibu hamil dan melahirkan
ialah status gizi yang memprihatinkan, corak reproduksi yang kurang baik yang mana
akibatnya banyak dijumpai ibu hamil dengan kondisi yang beresiko yang lebih dikenal
dangan kondisi 4 terlalu yaitu terlalu muda untuk melahirkan 14%, terlalu banyak anak 17%, terlalu dekat jarak kehamilan 17%, dan terlalu tua untuk melahirkan anak 12,7%. Kondisi demkian lebih diperberat lagi jika mengalami keterlambatan ibu menjangkau tempat pelayanan kesehatan, yang disebabkan karena terlambat mengenali tanda - tanda bahaya dalam kehamilan dan terlambat mengambil keputusan hingga akhirnya terlambat mendapat pertolongan (“3 terlambat”). Terjadinya “4 terlalu” dan “3 terlambat” itu sebagai akibat dari rendahnya pengetahuan keluarga tentang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi (Saifuddin, 2003, hlm. U-5Depkes, 2005. Saifudin, 2003, hlm. U-5).
Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan di Kelurahan Tanjung Marulak Kota
Tebing Tinggi pada tanggal 29 September 2008 dengan melakukan wawancara kepada 10
orang ibu hamil hanya 3 orang yang mengetahui tentang tanda bahaya selama kehamilan. Hal ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan. Berdasarkan latar belakang di atas dimana masih tingginya angka kematian yang disebabkan komplikasi pada kehamilan maka peneliti tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan ibu hamil di Kelurahan Tanjung Marulak Kota Tebing Tinggi tentang tanda bahaya kehamilan dan melihat apakah tingkat pengetahuan berhubungan dengan karakteristik ibu hamil.
B. Perumusan Masalah
Apakah ada hubungan karakteristik ibu hamil dengan tingkat pengetahuan ibu hamil
tentang tanda bahaya kehamilan di Kelurahan Tanjung Marulak Kota Tebing Tinggi ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu hamil dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan di Kelurahan Tanjung Marulak Kota Tebing Tinggi Tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil berdasarkan umur, pendidikan, dan gravida (kehamilan saat ini)
b) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan
c) Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ibu hamil dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan
D. Manfaat penelitian
1. Bagi instansi pelayanan kesehatan untuk dijadikan sebagai bahan masukan dalam pelayanan program KIA terutama dalam masa kehamilan.
2. Bagi institusi pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sebagai bahan masukan kepustakaan untuk menjadi referensi dalam penelitian lebih lanjut tentang tanda bahaya selama kehamilan.
3. Bagi responden sebagai sumber informasi untuk menambah pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya mengetahui secara dini tanda bahaya kehamilan yang dapat mengancam keselamatan ibu dan janinnya.
4. Bagi peneliti sebagai bahan masukan dalam menerapkan metode penelitian yang telah dipelajari.
Link download KTI lengkap ini
41. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Tanda Bahaya Kehamilan
BAB I
BAB II
BAB III-VI
40. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kebutuhan Fisiologis Selama Kehamilan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia, Angka Kematian Ibu di
Indonesia tahun 1998-2002 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2002).
Dimana, sedikitnya 18.000 ibu meninggal setiap tahun di Indonesia karena
kehamilan atau persalinan. Hal itu berarti setiap setengah jam seorang perempuan
meninggal karena kehamilan atau persalinan dan sekitar 15 persen ibu terancam
kematian saat hamil dan bersalin karena penyakit dan komplikasi (Wiknjosastro,
2003).
Kehamilan merupakan proses yang alamiah sehingga setiap wanita hamil harus memenuhi kebutuhan selama kehamilan untuk menciptakan proses kehamilan yang aman terhindar dari komplikasi dan berkualitas ibu dan bayi tetap dalam keadaan sehat (Madjid, 2008).
Tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan fisiologis selama kehamilan dapat menyebabkan masalah bagi ibu dan bayi diantaranya keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, dan bayi lahir dengan berat badan lahir. Hal ini menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas ibu serta kematian perinatal (Lubis, 2003).
Tidak terpenuhinya kebutuhan fisiologis selama kehamilan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, faktor sosial ekonomi, dan sosial kultural dari ibu hamil itu sendiri (Latief, 2008).
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 4 Oktober
2008 di Klinik Bd. Hj. Azizah Rachman Dumai terhadap 10 ibu hamil, didapati 7
diantaranya kurang mengetahui tentang kebutuhan fisiologis selama kehamilan.
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kebutuhan fisiologis selama kehamilan di Klinik Bd. Hj. Azizah Rachman Dumai dan melihat apakah ada hubungan dengan karakteristik ibu hamil tersebut.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu “apakah ada hubungan karakteristik ibu hamil dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kebutuhan fisiologis selama kehamilan di Klinik Bd. Hj. Azizah Rachman Dumai ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan karakteristik
ibu hamil dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kebutuhan fisiologis
selama kehamilan di Klinik Bd. Hj. Azizah Rachman Dumai Tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil berdasarkan umur, pendidikan, dan gravida (kehamilan saat ini).
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kebutuhan fisiologis selama kehamilan.
c. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ibu hamil dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kebutuhan fisiologis selama kehamilan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi bidan, sebagai informasi atau masukan dalam meningkatkan pelayanan khususnya tentang kebutuhan fisiologis selama kehamilan.
2. Bagi ibu, sebagai sumber informasi bagi ibu untuk mengetahui tentang kebutuhan fisiologis selama kehamilan.
Link download KTI lengkap ini
40. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kebutuhan Fisiologis Selama Kehamilan
BAB I
BAB II
BAB III-VI