BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem kesehatan nasional merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Penurunan insiden penyakit menular telah terjadi berpuluh-puluh tahun yang lampau di negara-negara maju yang telah melakukan imunisasi dengan teratur. Demikian juga di Indonesia dinyatakan bebas penyakit cacar tahun 1972 dan penurunan insiden beberapa penyakit menular secara mencolok terjadi sejak tahun 1985, terutama untuk penyakit difteri, tetanus, pertusis, campak, dan polio. Bahkan kini penyakit polio tidak ditemukan lagi sejak tahun 1995 dan diharapkan beberapa tahun yang akan datang Indonesia akan dinyatakan bebas polio (Ranuh, et.al. 2008, hlm.1).
Menurunnya AKB (angka kematian bayi) dalam beberapa waktu terakhir
memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan
masyarakat. Penurunan AKB tersebut antara lain disebabkan oleh peningkatan cakupan
imunisasi bayi, peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, penempatan
bidan di desa dan meningkatkan proporsi ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi
(Depkes, 2004).
Ibrahim (1991, dalam Reza,2006, hlm.4) mengatakan bila imunisasi dasar dilaksanakan dengan lengkap dan teratur, maka imunisasi dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian balita sekitar 80-95%. Teratur berarti mentaati jadwal dan frekuensi imunisasi sedangkan imunisasi dasar lengkap adalah telah mendapat semua jenis imunisasi dasar pada waktu anak berusia kurang dari 11 bulan. Imunisasi dasar yang tidak lengkap, maksimum hanya dapat memberikan perlindungan 25-40%. Sedangkan anak yang sama sekali tidak diimunisasi tentu tingkat kekebalannya lebih rendah lagi. Profil epidemiologis di Indonesia sebagai gambaran tingkat kesehatan di masyarakat masih memerlukan perhatian khusus. Dengan cakupan imunisasi : BCG 85%, DPT 64%, Polio 74%, HB1 91%, HB2 84, 4%, HB3 83,0% (Ranuh, 2008, hlm.3). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2009 menunjukkan bahwa cakupan kumulatif imunisasi dari 18 puskesmas dengan sasaran 6.782, cakupan BCG 5.663 (83,50%), DPT1+HB1 : 6.062 (89,38%), DPT2+HB2 : 5.646 (83,25%), Polio 3 : 5.665 (83,53%), Hepatitis B3 : 3.634 (53,58%), dan Campak : 5.414 (79,83%) (Dinkes Taput, 2009).
Dari hasil data survei awal cakupan kumulatif imunisasi di Kecamatan Sipahutar
Januari - Agustus 2010 dari 23 desa yang ada, jumlah sasaran 529, cakupan BCG : 309
(58,4%), Hepatitis B (0-7 hari) : 175 (33,1%), DPT+HB 1 : 333 (62,9%), DPT+HB 2 :
316 (59,7%), DPT+HB 3 : 275 (52%), Polio 1 : 381 (72,0%), Polio 2 : 355 (67,1%),
Polio 3 : 294 (55,6%), Polio 4 : 268 (50,7%), dan Campak : 259 (49%) (Subdin P2P &
PL Dinkes Taput, 2010).
Sedangkan Desa Siabal-abal II Januari-Agustus 2010 tercatat bahwa dari 40 sasaran, cakupan imunisasi masih rendah yaitu cakupan BCG 13 (32,5%), Hepatitis B (0-7 hari) : 5 (12,5%), DPT+HB 1 : 18 (45%), DPT+HB 2 : 11 (27,5%), DPT+HB 3 : 13 (32,5%), Polio 1 : 20 (50%), Polio 2 : 18 (45%), Polio 3 : 10 (25%), Polio 4 : 9 (22,5%), dan Campak : 14 (35%) (Subdin P2P & PL Dinkes Taput, 2010).
Wardhana (2001, dalam Lienda, 2009, hlm.12) mengatakan peran ibu pada program imunisasi ibu sangatlah penting karena penggunaan sarana kesehatan oleh anak
berkaitan erat dengan faktor ibu. Rendahnya cakupan imunisasi disebabkan beberapa
faktor. Ibu yang berusia ≥ 30 tahun cenderung untuk tidak melakukan imunisasi lengkap dibanding ibu yang berusia < 30 tahun, pendidikan tinggi berkaitan erat dengan pemberian imunisasi anak.
Streatfield (1986, dalam Reza, 2006, hlm.26) ibu yang bekerja sebagai bertani atau buruh status imunisasi anaknya lebih rendah dibandingkan dengan anak yang ibunya sebagai pegawai negeri atau pemilik toko.
Semakin banyak jumlah anak terutama ibu yang masih mempunyai bayi yang merupakan anak ketiga atau lebih akan membutuhkan banyak waktu untuk mengurus anak-anaknya tersebut sehingga semakin sedikit ketersediaan waktu bagi ibu untuk mendatangi tempat pelayanan imunisasi (Reza, 2006).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian yang berjudul ’’Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Terhadap Status Imunisasi Dasar pada Bayi Usia 12-24 Bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011” sangat penting untuk diteliti.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka penulis merumuskan masalah apakah ada hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap status imunisasi dasar pada bayi usia 12-24 bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap status imunisasi dasar pada bayi usia 12-24 bulan di Desa Siabal-abal II Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan faktor usia ibu terhadap status imunisasi bayi.
b. Mengetahui hubungan faktor pendidikan ibu terhadap status imunisasi bayi.
c. Mengetahui hubungan faktor pekerjaan ibu terhadap status imunisasi bayi.
d. Mengetahui hubungan faktor jumlah anak ibu terhadap status imunisasi bayi.
e. Mengetahui hubungan faktor pengetahuan ibu terhadap status imunisasi bayi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan kepustakaan di D-IV Bidan Pendidik USU dan dapat dijadikan sebagai bahan penelitian selanjutnya.
2. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat, juga berguna sebagai masukan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap imunisasi kepada masyarakat nantinya.
3. Responden
Sebagai bahan wawasan dan pengetahuan tentang pentingnya imunisasi dasar pada bayi.
Link download KTI lengkap ini
BAB I
BAB II
BAB III-VI
Free Download KTI - Karya Tulis Ilmiah - Skripsi - Thesis - Desertasi - Artikel Update Setiap Hari. Analysis With SPSS PDF, Health Article, Education Article
21. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Terhadap Status Imunisasi Dasar pada Bayi Usia 12-24 Bulan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment