KTI-SKRIPSI: 49. Gambaran Kecemasan Pasangan Infertil yang Berkunjung Ke RS

49. Gambaran Kecemasan Pasangan Infertil yang Berkunjung Ke RS

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menikah dan memiliki keturunan adalah suatu fase yang dijalani oleh manusia
dalam siklus kehidupanya. Memiliki keturunan sebagai penerus generasi dirasakan
sebagai suatu keharusan oleh sebagian masyarakat kita. Keberadaan anak dianggap
mampu menyatukan dan menjaga agar suatu keluarga atau pernikahan tetap utuh
(Wirawan, 2004).
Infertilitas (kemandulan) merupakan masalah kesehatan, dimana pasangan suami
istri tidak mengetahui kalau pasangannya mengalami infertilitas dan penyebab
terjadinya infertilitas. Infertilitas ini membutuhkan perhatian di seluruh dunia maupun di Indonesia, karena banyaknya pasangan infertil di Indonesia khususnya
pada wanita yang pernah kawin tapi tidak mempunyai anak. Sedangkan di negara-
negara maju seperti Amerika, Jepang ditemukan kasus infertil baik dari laki-laki
maupun perempuan sekitar 80% jumlah pasangan infertil diperoleh sekitar 400 juta
pasangan (Siswono, 2003).

Menurut Worlth Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa jumlah pasangan infertilitas sebanyak 36% diakibatkan adanya kelainan pada si ayah, sedangkan 64% berada pada si ibu. Hal ini di alami 17% pasangan yang sudah menikah lebih dari 2 tahun belum mengalami tanda-tanda kehamilan bahkan sama sekali belum pernah hamil (Addy, 2010).
Beberapa daerah di Indonesia, wanita sering kali disalahkan menjadi penyebab
infertilitas yang tidak bisa hamil. Padahal, masalah infertilitas dapat berasal dari
pihak laki-laki, perempuan ataupun interaksi keduanya. Menurut penelitian
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) di Jakarta, 36% infertilitas
diakibatkan adanya kelainan pada si ayah, sedangkan 64% ada pada si ibu.
Penyelidikan lamanya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam 3 bulan, 72,1% dalam 6 bulan, 85,4% dalam 12 bulan, dan 93,4% dalam 24 bulan. Waktu median yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan adalah 2,3 bulan sampai 2,8 bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan, makin turun kejadian kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru menganggap ada masalah infertilitas jika pasangan yang ingin punya anak itu telah dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan (Hetty, 2009).
Kegagalan mempunyai anak pada pasangan suami istri akan menyebabkan rasa
sedih yang mendalam, membuat perasaan bersalah dan membuat stress. Stress
berperan besar menyumbang angka kemungkinan infertilitas, yaitu sebesar 15-20 %.
Ketika seseorang mengalami kondisi jiwa demikian bisa menyebabkan gangguan
ovulasi spermatogenesis, spasme tuba fallopi dan disfungsi seksual yaitu menurunnya
frekuensi hubungan suami istri. Aspek gaya hidup ternyata juga menyumbang 15-
20% pengaruh terhadap angka kejadian infertilitas. Salah satu trend seperti menunda
usia perkawinan demi mengejar karier yang cukup marak beberapa tahun belakangan ini. Padahal tingkat kesuburan wanita akan menurun mulai usia 35 tahun (Yan,
2008).
Faktor-faktor organik/psikologi merupakan penyebab terjadinya infertilitas,
karena ketakutan yang berlebihan (emotion stress) dapat juga menurunkan kesuburan
wanita. Selain itu pendapat umum mengatakan bahwa ketegangan jiwa/kecemasan
dapat menyebabkan spasmus di daerah antara uterus dan tuba (utero-tubal junction).
Di negara Jugoslavia ditemukan 678 kasus dengan keluhan sterilias, 544 kasus
(81,6%) disebabkan oleh kelainan organik, dan 124 kasus (18,4%) disebabkan oleh faktor penanggulangan infertilitas dan subfertilitas yang mempunyai kadar psikologi sebaiknya dilakukan dengan pendidikan psikologi (Prawirohardjo, 2003).
Infertilitas tersebar diseluruh dunia termasuk Indonesia antara lain ditemukan di
sumatera utara khususnya medan banyak keluarga memelihara kucing dan anjing.
resikonya adalah mendapat zoonosis berupa semacam kuman antara lain protozoa
penyakit disentri dan toxoplasmosis. Saat ini dilaporkan bahwa infeksi oleh kuman
TORCH pada wanita bisa menyebabkan infertilitas. 70 % wanita yang infertil
terinfeksi oleh kuman TORCH (Vitahealth, 2007).
Berdasarkan data yang dikumpulkan peneliti dari bulan September - November
2010 terdapat sebanyak 32 pasangan infertil yang berkunjung ke RS Adenin Adenan
Medan, 28 pasangan dengan infertilitas primer dan 4 pasangan dengan infertilitas
sekunder.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran kecemasan pasangan infertil yang berkunjung ke RS Adenin Adenan Medan Tahun 2010”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi gambaran kecemasan pasangan infertil yang berkunjung ke RS Adenin Adenan Medan Tahun 2010
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi adanya kecemasan pasangan infertil yang berkunjung ke RS Adenin Adenan Medan Tahun 2010.
b. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pasangan infertil yang berkunjung ke RS Adenin Adenan Medan Tahun 2010.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pasangan Infertil
Sebagai sumber informasi terhadap kecemasan infertilitas khususnya pada pasangan infertil
2. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi dan bahan bacaan di perpustakaan serta sebagai bahan penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti
Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama pendidikan dan menambah wawasan dan pengalaman. Sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan D IV Kebidanan.

Link download KTI lengkap ini
49. Gambaran Kecemasan Pasangan Infertil yang Berkunjung Ke RS
BAB I
BAB II
BAB III-VI

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...