KTI-SKRIPSI: 07.pengaruh penerapan terapi bermain terhadap penurunan School Phobia pada pra sekolah anak usia 4–6 tahun

07.pengaruh penerapan terapi bermain terhadap penurunan School Phobia pada pra sekolah anak usia 4–6 tahun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bermain merupakan dunia anak-anak karena bermain adalah salah satu kegiatan yang sangat disukai anak, bahkan orang dewasa pun menyenangi beberapa permainan. Melalui permainan anak akan mengenal sekaligus belajar berbagai hal tentang kehidupannya serta dapat melatih keberanian dan menumbuhkan kepercayaan diri. Melalui permainan, anak dapat mengekspresikan diri untuk memperoleh kompensasi atas hal-hal yang tidak mungkin dialaminya.
Permainan mempunyai peranan penting dalam pembinaan kepribadian anak serta membantu pertumbuhan dan perkembangan. Pada umumnya bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional anak. Permainan dapat dikatakan bersifat universal karena hidup pada semua masyarakat di dunia. Permainan adalah bagian mutlak dari kehidupan anak. Melalui permainan tidak hanya jasmani anak yang berkembang, tetapi juga kognisi, emosi, sosial, fisik, dan bahasa.(Ardhana, 2008)

Bermain dari segi pendidikan adalah permainan yang memberi peluang kepada anak, berswakarsa, untuk melakukan dan menciptakan sesuatu dari permainan itu sendiri. Belajar pada masa awal pendidikan formal didapatkan di TK atau Taman Kanak-kanak. TK adalah tempat anak belajar dan berkembang lewat permainan. Di TK anak diajarkan mengenal aturan, disiplin, tanggung jawab dan kemandirian dengan cara bermain di TK anak juga belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan
Hari pertama mengantar anak balita masuk Taman Kanak-kanak (TK) merupakan pengalaman yang sangat berkesan bagi orang tua. Namun kebahagian itu tidak berlangsung lama anak tiba-tiba tidak mau masuk sekolah dengan berbagai alasan. Pada awal masuk TK, berarti anak harus memasuki “keadaan baru”, dimana lingkungan teman dan kegiatan yang harus mereka ikuti berbeda dengan yang di rumah. Bagi anak, hal tersebut dapat menimbulkan stress, kecemasan, sehingga anak menghindar bahkan menolak untuk sekolah. Hal tersebut dikenal dengan school phobia. (Darsono, 2007)
Menurut Endah, faktor genetik dapat mempengaruhi anak menolak sekolah. Genetik berpengaruh terhadap sifat, kepribadian dan karakter anak. Biasanya anak yang menolak pergi ke sekolah cenderung memiliki sifat mudah cemas, pemalu, takut dan was-was. Sebagian besar sifat tersebut diturunkan orangtua kepada anak. Selain genetik, penolakan sekolah juga diakibatkan pola asuh yang tak benar, misalnya pola asuh yang otoriter. Dengan pola ini, kreativitas anak akan terpasung dan perkembangan fisik mentalnya pun terhambat. “Pola asuh otoriter juga membuat anak tak aktif dan cenderung pendiam. Jika pola ini terus diterapkan menurut Endah secara otomatis mempengaruhi kondisi sosial anak, di sekolah misalnya, lingkungan sekolah biasanya menuntut anak bergaul dan bekerjasama dengan teman-temannya serta dituntut kreativitas yang tinggi. (Arjana, 2006)
Berapa lama waktu berlangsungnya fobia sekolah amat tergantung pada penanganan yang dilakukan oleh orangtua. Makin lama anak dibiarkan tidak masuk sekolah (tidak mendapat penanganan apapun), makin lama problem itu akan selesai dan makin sering keluhan yang dilontarkan anak. Namun, makin cepat ditangani, problem biasanya akan berangsur-angsur pulih dalam waktu sekitar 1-2 minggu. (Bali Post, 2002)
School Phobia terjadi pada 5% dari anak usia pra sekolah dan terjadi pada 2% dari anak usia sekolah. Di Amerika kejadian school phobia terjadi ± 28% pada anak usia sekolah beberapa waktu selama pendidikan mereka. School phobia ini terjadi pada anak laki-laki maupun anak perempuan, tetapi hal ini lebih sering terjadi pada anak perempuan dari pada anak laki-laki. (Paige, 1998).
Pada studi pendahuluan, didapatkan data bahwa di TK Dharmawanita Desa Ngenep Kecamatan Karang ploso Kabupaten Malang, pada tahun 2005 school phobia > 2 minggu terdapat 7 anak diantara 31 murid baru. Tahun 2006 murid baru 30, yang school phobia 6 anak. Pada tahun ajaran 2007 murid baru 34 anak yang school phobia 10 orang, pada tahun 2008 murid baru 32 anak yang school phobia adalah sebanyak 10 orang. Gejala school phobia pada 10 anak ini di identifikasi dengan melakukan wawancara secara lisan dengan para guru dan orang tua murid. Di TK Dharmawanita sudah diterapkan permainan mewarnai, puzzle, dan menyusun balok tetapi permainan puzzle dan menyusun balok jarang diberikan karena keterbatasan alat permainan tersebut.
Dari fenomena di atas, penulis ingin mengetahui sejauh mana pengaruh penerapan terapi bermain terhadap penurunan school phobia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian yang dirumuskan adalah “Adakah pengaruh penerapan terapi bermain terhadap penurunan School Phobia pada pra sekolah anak usia 4–6 tahun di TK Dharmawanita Desa Ngenep Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang?”

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan terapi bermain terhadap penurunan school phobia pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di TK Dharmawanita Desa Ngenep Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi gejala school phobia pada anak sebelum diterapkan terapi bermain.
2. Mengidentifikasi gejala school phobia pada anak setelah diterapkan terapi bermain.
3. Menganalisa pengaruh penerapan penerapan terapi bermain terhadap penurunan school phobia.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Sebagai penerapan teori, pengalaman proses belajar serta menambah wawasan pengetahuan khususnya di bidang penelitian.
1.4.2 Bagi Pendidikan
Bagi TK Dharmawanita Desa Ngenep Kecamatan Karangploso Malang. Merupakan suatu masukan dalam penanganan school phobia pada anak, khususnya murid baru.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Memperkaya penulisan karya ilmiah dan juga sebagai masukan institusi untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama untuk meningkatkan mutu di bidang pendidikan.
1.4.4 Bagi peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, sebagai informasi awal dalam penelitian lebih lanjut tentang kebutuhan bermain pada anak school phobia di Taman Kanak-kanak.

Link download KTI lengkap ini
07.pengaruh penerapan terapi bermain terhadap penurunan School Phobia pada pra sekolah anak usia 4–6 tahun
BAB I-V

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...