KTI-SKRIPSI: 10.Pengaruh Kesehatan Fisik Terhadap Status Gizi Pada Lansia

10.Pengaruh Kesehatan Fisik Terhadap Status Gizi Pada Lansia

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Menua (Aging) merupakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan berakhir saat kematian. Selama periode pertumbuhan proses anabolisma melampaui proses katabolisma. Pada saat tubuh mencapai tingkat kematangan fisiologik, kecepatan katabolisma atau proses degenerasi lebih besar daripada kecepatan proses regenarasi sel (anabolisma). Akibat yang timbul adalah hilangnya sel-sel yang berdampak dalam bentuk penurunan efisiensi dan gangguan fungsi organ. Dengan demikian menua ditandai dengan kehilangan secara progresif lean body mass (jaringan aktif tubuh) dan perubahan-perubahan disemua sistem didalam tubuh manusia (R. Boedi Darmojo dan Hadi Martono, 2000).

Pertambahan usia akan menimbulkan beberapa perubahan, baik secara fisik maupun mental. Perubahan ini akan mempengaruhi kondisi seseorang dari aspek psikologis, fisiologis dan sosioekonomi. Lebih lanjut perubahan-perubahan tersebut akan mengakibatkan terjadinya kemunduran biologis. Kemunduran ini, tentunya akan berpengaruh terhadap penurunan fungsi beberapa organ tubuh. Salah satu fungsi penting organ tubuh yang berperan dalam mempertahankan dan menciptakan kesehatan yang prima adalah fungsi organ yang berkaitan dengan makanan dan pencernaannya (Emmas Wirakusumah, 2004).
Peningkatan jumlah dan proporsi usia lanjut dari tahun ke tahun merupakan fenomena demografi global dinegara maju maupun dinegara sedang berkembang. Berdasarkan proyeksi penduduk Indonesia per Propinsi tahun 1995 – 2005 dari biro pusat statistik setidaknya terdapat 6 Propinsi yang pada tahun 2000 telah memiliki penduduk berstruktur tua (Aging Population) yaitu Propinsi D.I. Yogyakarta (13,72 %), Jawa Timur (10,54 %), Bali (9,79 %), Jawa Tengah (9,55 %), Sulawesi Selatan (7,63 %) dan Sumatera Barat (9,035 %) (RAN Kesejahteraan Lansia, 2000).
Lansia seperti juga tahapan-tahapan usia yang lain dapat mengalami baik gizi lebih maupun kekurangan gizi. Boedi Darmojo (1995) melaporkan bahwa lansia di Indonesia yang dalam keadaan kurang gizi ada 3,4 %, berat badan kurang sebesar 28,3 %, berat badan ideal berjumlah 42,4 %, berat badan lebih ada 6,7 % dan obesitas sebanyak 3,4 %. Temuan proporsi lansia yang kurang gizi di Indonesia pada tahun 1994 tersebut tidak banyak berbeda dengan temuan di Inggris tahun 1972 dan 1979 yakni sebesar 3 %. Setelah di follow up ternyata lansia di Inggris yang menjadi kurang gizi meningkat 2 kali lipat, lima tahun kemudian (R. Boedi Darmojo & Hadi Martono, 2000).
Survei rumah tangga tahun 1980, angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun sebesar 25,70 % diharapkan pada tahun 2000 nanti angka tersebut akan menurun menjadi 12,30 % (Depkes RI, Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan I, 1992) (Wahjudi Nugroho, 2000).
Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 lansia di Posyandu lansia Kelurahan Kepuharjo didapatkan lansia dengan berat badan kurang 30 %, berat badan ideal 50 %, 20 % dengan berat badan lebih dan 70 % mengalami masalah kesehatan fisik antara lain adanya gangguan sirkulasi darah, gangguan persendian dan tulang, gangguan metabolisme hormon dan sebagainya.
Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat dan penyebabnya oleh berbagai faktor yang terkait satu dengan yang lainnya (I Dewa Nyoman S, Bachyar Bucri dan Ibnu Fajar, 2002). Perubahan status gizi pada lansia disebabkan oleh perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Perubahan ini makin nyata pada kurun usia dekade 70-an. Faktor lingkungan antara lain meliputi perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi akibat memasuki masa pensiun dan isolasi sosial berupa hidup sendiri setelah pasangannya meninggal. Faktor kesehatan yang berperan dalam perubahan status gizi antara lain naiknya insidensi penyakit degenerasi maupun non degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan dalam absorpsi dan utilisasi zat-zat gizi ditingkat jaringan dan pada beberapa kasus dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminum para lansia oleh karena penyakit (R. Boedi Darmojo & Hadi Martono, 2000).
Adapun penyakit yang sering dijumpai pada lansia menurut Stieglitz (1945) yakni gangguan sirkulasi darah seperti hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah diotak (koroner) dan ginjal, gangguan metabolisme hormonal, seperti diabetes militus, klimaterium dan ketidakseimbangan tiroid, gangguan pada persendian seperti osteoartitis, gout artritis ataupun penyakit kolagen lainnya dan berbagai macam penyakit neoplasma (Wahjudi Nugroho, 2000).
Gangguan gizi pada lansia dapat menyebabkan munculnya penyakit atau terjadi sebagai akibat adanya penyakit tertentu. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan terlebih dahulu ada tidaknya gangguan gizi, mengevaluasi faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan gizi serta merencanakan bagaimana gangguan gizi tersebut dapat diperbaiki (R. Boedi Darmojo & Hadi Martono, 2000).
Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui tentang pengaruh kesehatan fisik terhadap status gizi pada lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Kepuharjo Kecamatan Lumajang.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan sebagai berikut : “Adakah Pengaruh Kesehatan Fisik Terhadap Status Gizi Pada Lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Kepuharjo Kecamatan Lumajang Tahun 2005 ?”.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya pengaruh kesehatan fisik terhadap status gizi pada lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Kepuharjo Kecamatan Lumajang Tahun 2005.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi kesehatan fisik pada sistem kardiovaskuler pada lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Kepuharjo Kecamatan Lumajang Tahun 2005
1.3.2.2 Mengidentifikasi kesehatan fisik pada sistem gastrointestinal pada lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Kepuharjo Kecamatan Lumajang Tahun 2005
1.3.2.3 Mengidentifikasi status gizi pada lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Kepuharjo Kecamatan Lumajang Tahun 2005
1.3.2.4 Mengidentifikasi pengaruh kesehatan fisik pada sistem kardiovaskuler terhadap status gizi pada lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Kepuharjo Kecamatan Lumajang Tahun 2005
1.3.2.5 Mengidentifikasi pengaruh kesehatan fisik pada sistem gastrointestinal terhadap status gizi pada lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Kepuharjo Kecamatan Lumajang Tahun 2005

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah :
1.4.1 Bagi Peneliti
Mengaplikasikan teori ke paparan yang nyata dalam penelitian.
1.4.2 Bagi Lansia
Diharapkan mampu menjaga kesehatan fisik dengan baik sehingga dapat mencapai status gizi yang seimbang.
1.4.3 Bagi Puskemas
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam menentukan suatu program yang mengarah pada peningkatan status gizi dan kesehatan fisik pada lansia.
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi status gizi pada lansia.

Link download KTI lengkap ini
10.Pengaruh Kesehatan Fisik Terhadap Status Gizi Pada Lansia
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...