KTI-SKRIPSI: 08.gambaran harga diri orang tua yang mempunyai anak autis

08.gambaran harga diri orang tua yang mempunyai anak autis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang mangakibatkan gangguan/keterlambatan pada bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial. Kondisi seperti itu tentu akan sangat mempengaruhi perkembangan anak, baik fisik maupun mental. Apabila tidak dilakukan intervensi secara dini dengan tatalaksana yang tepat, perkembangan yang optimal pada anak tersebut sulit diharapkan. Mereka akan semakin terisolir dari dunia luar dan hidup dalam dunianya sendiri dengan berbagai gangguan mental serta perilaku yang semakin mengganggu.

Tentu semakin banyak pula dampak negatif yang akan terjadi (Masra, 2007). Anak merupakan sumber kebahagiaan dan penerus dari suatu keluarga bahkan ikut menentukan masa depan suatu bangsa. Setiap orang tua pasti berkeinginan untuk mencurahkan segenap perhatian dan kasih sayang kepada anak-anaknya. Dan orang tua, juga ingin melihat anaknya tumbuh dan berkembang secara normal, selayaknya anak seusianya. Namun bila ternyata anak kesayangannya tidak berkembang seperti yang diharapkan. Kondisi ini sering membuat orangtua anak penyandang autisme merasa tertekan dan bersalah dengan kondisi anaknya tersebut. Mereka disalahkan oleh lingkungan sekitar. Padahal beban yang mereka pikul dengan mempunyai anak autistik juga tidak kurang beratnya (Hadiyanto, 2005).
Angka kejadian autisme di dunia telah mencapai 15-20 per 10.000 anak (0,15-0,2 % ), meningkat tajam dibanding sepuluh tahun yang lalu yang hanya 2-4 per 10.000 anak. Jika merujuk dari angka ini, maka dapat diperkirakan di Indonesia setiap tahun akan lahir kurang lebih 6900 anak penyandang autisme (Hadiyanto, 2005). Berdasarkan studi pendahuluan di SDLB Sumberrejo Kandat Kediri terdapat 15 orang tua mempunyai anak yang menderita autis.
Kebanyakan orang tua ketika mengetahui anaknya menderita autis mereka merasa sedih dan bahkan ada juga sulit menerima anaknya dikarenakan rasa malu. Kondisi ini menyebabkan orang usia tua cenderung lebih rentan terhadap berbagai masalah kejiwaan seperti depresi dan kecemasan (D Surjo, 2000 : 111). Selain itu orang tua juga mengalami penurunan rasa percaya diri. Stressor perubahan kondisi tubuh tersebut, menurut Kelliat (1994) stressor dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri. Miller dalam Carpenito, (2001) mengatakan bahwa percaya diri merupakan satu dari karakter yang paling ditunjukkan baik pada saat depresi maupun saat bahagia pada individu lansia. Rasa percaya diri itu sendiri bergantung pada interaksi seseorang dengan orang lain dan opini orang lain. Penurunan rasa percaya diri pada orang tua karena memiliki anak autis dapat menyebabkan gangguan konsep diri yaitu harga diri rendah.
Harga diri rendah merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengadakan penilaian negatif atas diri dan kemampuannya sendiri (Carpenito, 2001 : 839). Harga diri rendah itu sendiri merupakan salah satu dari masalah konsep diri yang dapat dicetuskan oleh faktor psikolois, sosiologis atau fisiologis, namun lebih penting adalah presepsi klien terhadap ancaman. Stuart dan Sundeen, 1998, menyebutkan bahwa harga diri rendah merupakan salah satu dari rentang respon maladaptif pada rentang respon konsep diri. Beberapa prilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah antara lain: mengkritik diri sendiri dan / atau orang lain, penurunan produktivitas, gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung atau marah yang berlebihan, dan menarik diri dari sosial, khawatir (Stuart and Sundeen, 1998 : 233).
Anak autisme bukanlah seorang manusia yang hanya memiliki satu karateristik. Mereka juga mempunyai multi sifat dan kepribadian sebagaimana manusia normal. Upaya untuk orang tua untuk membangkitkan rasa percaya diri dalam memiliki anak autis, orang tua hanya perlu menganggap anaknya yang menderita autisme hanyalah orang yang tengah belajar. Dalam menghadapi hal ini, orang tua harus tetap optimis bahwa masa depan mereka akan tetap cerah dan membaik. Sehingga ini menjadi dorongan bagi orang tua untuk terus mengupayakan pengobatan dan mengusahakan masa depan anaknya yang lebih baik.
Dari uraian diatas inilah yang melatar belakangi peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Harga Diri Orang Tua Yang Mempunyai Anak Autis di SDLB Sumberrejo Kandat Kediri”

1.2 Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah gambaran harga diri orang tua yang mempunyai anak autis di SDLB Sumberrejo Kandat Kediri ?.


1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran harga diri orang tua yang mempunyai anak autis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi harga diri orang tua yang mempunyai anak autis.
2. Mengidentifikasi mekanisme koping pada gangguan harga diri orang tua yang mempunyai anak autis.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
Meningkatkan kemampuan penulis dalam melakukan penelitian keperawatan.
1.4.2 Manfaat Bagi Lahan Penelitian
Hasil penelitian dapat memberikan masukan bagi tenaga keperawatan dalam merencanakan koping yang adaptif pada orang tua agar tidak terjadi konsep diri maladaptif pada orang tua dalam memiliki anak yang menderita autis.
1.4.3 Manfaat Bagi Orang Tua
Dapat memberikan mekanisme koping yang baik bagi orang tua yang memiliki anak autis.

1.5 Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini adalah Gambaran Harga Diri Orang Tua Yang Mempunyai Anak Autis di SDLB Sumberrejo Kandat Kediri.

Link download artikel lengkap ini
08.gambaran harga diri orang tua yang mempunyai anak autis

1 comment:

  1. maaf, saya boleh lihat daftar pustakanya?
    terimakasih

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...